Selasa 21 May 2024 17:10 WIB

Hindari Pecah Kongsi, Ini Strategi Sukses Kelola Bisnis Keluarga

Bisnis keluarga perlu tata kelola dengan petakan skala dan tingkat kerumitan usaha.

PT Blue Bird Tbk merupakan salah satu perusahaan keluarga ternama di Indonesia.
Foto: Wisnu Aji Prasetiyo/RepublikaTV
PT Blue Bird Tbk merupakan salah satu perusahaan keluarga ternama di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan laporan PwC, 95 persen perusahaan di Indonesia adalah bisnis milik keluarga. Dominasi perusahaan keluarga ini tak hanya berasal dari perusahaan kecil.

Riset BCG menunjukkan, perusahaan-perusahaan raksasa di Asia Tenggara berasal dari bisnis keluarga. Sebanyak 54 persen dari 200 perusahaan terbesar di Asia Tenggara merupakan perusahaan keluarga.

Baca Juga

"Perusahaan keluarga yang besar ini memiliki pengaruh besar pada ekonomi," kata Profesor Bisnis Keluarga Peter Lorange The International Institute of Management and Development (IMD), Marleen Dieleman, melalui keterangan tulis kepada REPUBLIKA, Selasa (21/5/2024).

Namun di sisi lain, mereka juga rentan mengalami perpecahan akibat ketegangan antar anggota keluarga. 

Menurut Dieleman, transisi antar generasi di perusahaan keluarga memang perlu dilakukan secara hati-hati. Pemilik perusahaan memiliki kecenderungan untuk menunda untuk meningkatkan profesionalitas tata kelola mereka.

"Dengan maraknya peralihan perusahaan keluarga dari generasi dua ke generasi ketiga di Indonesia, kurangnya perhatian pada tata kelola ini dikhawatirkan dapat menyebabkan kegagalan bisnis para konglomerat ini," tambahnya.

Sesuai namanya, bisnis keluarga memadukan dua hal yakni bisnis dan keluarga. Untuk itu, pertama-tama pemilik bisnis perlu melakukan penilaian seberapa besar dan rumit bisnis dan keluarga mereka. Dari hasil penilaian itu, pemilik bisnis lantas bisa menentukan seperti apa sistem tata kelola seperti apa yang perlu diterapkan.

Presiden Entrepreneurs' Organization (EO) Indonesia Sophia Sung menyatakan tanpa perencanaan dan peraturan keluarga yang matang, potensi perselisihan dan perebutan kekuasaan meningkat sehingga menjadi pemicu keretakan keluarga. Oleh karena itu, generasi kedua dan ketiga yang terdampak oleh konflik keluarga terpicu untuk mencari solusi agar masalah serupa tak lagi terjadi.

Salah satu contohnya adalah Grup Kawan Lama yang kini dikelola oleh generasi ketiga. Grup Blue Bird juga kini ada ditangan generasi ketiga.

"Mereka mampu mengelola bisnis dan hubungan keluarga dengan baik," ungkap Sung.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement