Rabu 22 May 2024 00:32 WIB

Satu Penumpang Singapore Airlines Meninggal Dunia Akibat Turbulensi Parah di Pesawat

Penerbangan SQ 321 dari London menuju SIngapura membawa 211 penumpang dan 18 awak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Qommarria Rostanti
Anggota tim penyelamat berdiskusi setelah penerbangan London-Singapura dialihkan ke Bangkok akibat turbulensi parah, di Bangkok, Thailand, Selasa, (21/5/2024).
Foto: AP Photo/Sakchai Lalit
Anggota tim penyelamat berdiskusi setelah penerbangan London-Singapura dialihkan ke Bangkok akibat turbulensi parah, di Bangkok, Thailand, Selasa, (21/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Satu orang dikabarkan meninggal dunia dan beberapa lainnya terluka dalam penerbangan Singapore Airlines dari London yang mengalami turbulensi parah. Pesawat Boeing 777-300ER dialihkan ke Bangkok dan mendarat pukul 15.45 waktu setempat.

Dalam pernyataannya Singapore Airlines mengatakan penerbangan SQ 321 membawa 211 penumpang dan 18 awak. "Singapore Airlines menyampaikan duka cita mendalam pada keluarga yang ditinggalkan," kata maskapai itu seperti dikutip dari BBC, Selasa (21/5/2024).

Baca Juga

Maskapai menyebut, mereka sedang bekerja sama dengan pihak berwenang Thailand untuk memberikan bantuan medis pada penumpang. Singapore Airlines menyatakan akan mengirimkan tim ke Bangkok untuk memberikan bantuan tambahan yang diperlukan.

Pihak berwenang Thailand mengirim ambulans dan tim darurat ke Bandara Suvarnabhumi. Menteri Transportasi Singapura Chee Hong Tat mengatakan pemerintah akan memberikan bantuan kepada penumpang dan keluarganya.

"Saya sangat sedih mendengar mengenai peristiwa di pesawat penerbangan SQ321 Singapore Airlines dari London Heathrow ke Singapura," katanya di media sosial Facebook.

Apa yang terjadi pada pesawat itu masih belum diketahui. “Cedera akibat turbulensi parah relatif jarang terjadi dalam konteks jutaan penerbangan yang dioperasikan. Namun, turbulensi yang parah dapat menjadi dramatis dan menyebabkan cedera parah atau sayangnya dalam kasus ini adalah kematian,” kata pakar penerbangan umum John Strickland.

Strickland mengatakan, kru pesawat memiliki sumber daya untuk memprediksi turbulensi, meskipun beberapa bagian dunia lebih rentan terhadapnya. Mereka juga dilatih bagaimana cara merespons turbulensi.

“Bukan tanpa alasan maskapai penerbangan menyarankan agar sabuk pengaman tetap diikat dengan longgar selama penerbangan, baik itu penerbangan panjang maupun pendek,” ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement