Rabu 22 May 2024 15:51 WIB

Penumpang Singapore Airlines Ceritakan Kengerian di Pesawat: Benda-Benda 'Beterbangan'

Penumpang Singapore Airlines yang meninggal diduga karena serangan jantung.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Pesawat Singapore Airlines (ilustrasi). Penumpang Singapore Airlines penerbangan SQ321 menceritakan detik-detik mengerikan pesawat mengalami turbulensi parah.
Foto: AP Photo/Elaine Thompson
Pesawat Singapore Airlines (ilustrasi). Penumpang Singapore Airlines penerbangan SQ321 menceritakan detik-detik mengerikan pesawat mengalami turbulensi parah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para penumpang pesawat maskapai Singapore Airlines SQ321 yang terbang dari London, Inggris, ke Singapura, menceritakan adegan teror saat detik-detik turbulensi parah terjadi. Penerbangan itu berlangsung pada 20 Mei 2024.

Insiden tak terduga itu menyebabkan seorang pria asal Inggris berusia 73 tahun, Geoff Kitchen, meninggal dunia, yang diduga karena serangan jantung. Sementara, 30 lainnya mengalami luka-luka dalam penerbangan yang membawa sekitar 211 penumpang dan 18 awak tersebut.

Baca Juga

Seorang pejabat maskapai Singapore Airlines mengatakan pesawat mengalami turbulensi ekstrem mendadak sekitar 10 jam setelah penerbangannya. Tepatnya, saat pesawat melintas di cekungan Irrawaddy Myanmar pada ketinggian 37 ribu kaki (11.277 meter) di udara.

Pesawat Boeing 777-300ER itu lantas dialihkan ke Bangkok, Thailand, dan melakukan pendaratan darurat. Kondisi ini menjadi perhatian global, mengingat turbulensi atau guncangan pada tubuh pesawat biasanya terkendali dan tak terjadi secara ekstrem.

Dikutip dari laman BBC, Rabu (22/5/2024), beberapa penumpang menceritakan momen mengerikan saat turbulensi parah melanda penerbangan mereka. Penumpang asal Inggris, Andrew Davies, mengatakan dia merasakan sensasi pesawat jatuh tidak lama setelah awak kabin memberi sedikit peringatan. "Hal yang paling saya ingat adalah melihat benda-benda terbang di udara. Saya tersiram kopi. Itu turbulensi yang luar biasa hebatnya,” katanya.

Mahasiswa 28 tahun, Dzafran Azmir, mengatakan sebagian penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman langsung terlempar ke langit-langit dan kepala mereka terbentur panel di atas kursi. "Saya melihat orang-orang dari seberang lorong bergerak secara horizontal, membentur langit-langit dan mendarat kembali dalam posisi yang sangat canggung. Orang-orang mendapat luka parah di kepala dan gegar otak," ujar Azmir.

Penumpang lain, Jerry, mengatakan tidak ada peringatan sebelum pesawat berguncang parah. Pria 68 tahun asal Inggris itu hendak pergi ke Australia untuk menghadiri pernikahan putranya. "Kepala saya terbentur langit-langit, istri saya juga. Beberapa orang malang yang sedang berjalan di lorong terjungkir," ucapnya.

Jerry yang saat ini dirawat di rumah sakit di Thailand mengatakan bahwa dia dan keluarganya beruntung karena mereka semua selamat, meski anaknya sempat terlempar ke lantai sekitar dua baris di belakangnya. Dia juga mendengar seorang pria menabrak langit-langit toilet dan terluka cukup parah.

Seorang pria Singapura, Chiew, mengatakan putranya merupakan penumpang di pesawat tersebut. Putra Chiew yang berusia 22 tahun tadinya berada di London untuk berlibur mengunjungi kekasihnya, yang sedang belajar di sana dalam program pertukaran.  

Lantas, putra Chiew dan kekasihnya terbang kembali ke Singapura sehingga menumpang pesawat tersebut. "Anak saya sedang dalam perjalanan ke kamar kecil, sementara pacarnya sedang duduk. Keduanya baik-baik saja. Anak saya tidak terluka parah, tapi sedikit memar karena terlempar ke berbagai arah," kata Chiew.

Allison Barker mengatakan putranya, Josh, juga berada di pesawat itu, dalam perjalanan ke Bali. Josh mengirim pesan kepada Allison bahwa penerbangannya menjadi "gila" dan pesawat sedang melakukan pendaratan darurat. Setelah pesan yang membuat cemas itu, baru dua jam kemudian Josh memberi kabar lagi.

"Satu menit, dia duduk mengenakan sabuk pengaman, menit berikutnya, dia pasti pingsan karena mendapati dirinya tergeletak di lantai bersama orang lain," ucap Allison. Josh mengalami luka ringan, namun Allison khawatir momen itu membuat putranya trauma. 

Pimpinan Singapore Airlines, Goh Choon Phong, meminta maaf pada Rabu pagi, mengatakan maskapai tersebut sangat menyesal atas pengalaman traumatis yang terjadi. Dalam video resminya, Phong menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, dan menambahkan bahwa maskapai akan memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada penumpang dan awak yang terkena dampak. 

Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada korban dan keluarga mendiang. Wong juga mengatakan Biro Investigasi Keselamatan Transportasi Singapura akan melakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut.  

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement