Rabu 22 May 2024 15:54 WIB

Kolaborasi Akademisi dan Industri, demi Wujudkan Indonesia Pusat Mode Dunia

Indonesia memiliki ekosistem tekstil paling lengkap di dunia selain India dan China.

PT Asia Pacific Rayon (APR), Islamic Fashion Institute (IFI), dan Universitas Kristen Maranatha yang menginisiasi kegiatan
Foto: Islamic Fashion Institute
PT Asia Pacific Rayon (APR), Islamic Fashion Institute (IFI), dan Universitas Kristen Maranatha yang menginisiasi kegiatan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kolaborasi strategis antara institusi pendidikan dan industri dapat menjadi katalis dalam mewujudkan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia. 

Salah satu bentuk kolaborasi dilakukan PT Asia Pacific Rayon (APR), Islamic Fashion Institute (IFI), dan Universitas Kristen Maranatha yang menginisiasi kegiatan "Indonesia Modest Fashion: Strategic Priorities to Go Forward”. Bertempat di Universitas Kristen Maranatha, Bandung, salah satu kegiatan diisi kuliah umum yang menghadirkan Aaliya Mia, Modest Fashion Sector Lead dari Dinar Standard; Dr Md Hasib Uddin, Chairman APS Group; Deden Siswanto, Indonesia Fashion Chamber (IFC); serta Hanni Haerani, General Manager IFI.

Baca Juga

Dibuka Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ian Syarif menyampaikan Indonesia memiliki ekosistem tekstil paling lengkap di dunia selain India dan China, dimana proses produksinya dapat ditemukan dari hulu ke hilir.

“Indonesia memang memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemasok modest fashion dunia. Kolaborasi seperti ini menjadi penting untuk mendorong pertumbuhan yang signifikan, dan strategi yang konkret dibutuhkan khususnya untuk performa modest fashion Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun global,” kata Ian saat membuka.

photo
PT Asia Pacific Rayon (APR), Islamic Fashion Institute (IFI), dan Universitas Kristen Maranatha yang menginisiasi kegiatan Indonesia Modest Fashion: Strategic Priorities to Go Forward”. - (Islamic Fashion Institute)

Dalam sambutannya Basrie Kamba, Presiden Direktur APR, menyoroti peringkat negara eksporter terbesar di dunia untuk modest fashion seperti China, Turki dan India. “Indonesia dengan sumber daya yang memumpuni seharusnya juga bisa menjadi salah satu negara ekspor terbesar,” ucap Basrie.

Agenda ini diawali dengan penandatanganan perjanjian kerja sama untuk penguatan kapasitas sumber daya manusia di bidang fesyen antara APR dan IFI. Ini merupakan kolaborasi kedua yang dilakukan APR dan IFI dengan menyediakan bantuan pendidikan bagi calon desainer untuk menempuh pendidikan kursus desain mode di IFI selama satu tahun, khususnya untuk segmen modest.

“Saya berharap dengan pemberian beasiswa ini dapat meningkatkan sumber daya manusia dan kita dapat maju bersama,” ujar Hanni Haerani, General Manager IFI.

Pada kesempatan yang sama, Basrie menambahkan kerja sama ini merupakan bentuk dukungan perusahaan dalam penguatan kapasitas sumber daya manusia di bidang fashion guna mendukung Indonesia menjadi pusat fesyen dunia, utamanya pada segmen modest. Hal ini sejalan dengan komitmen keberlanjutan APR2030 yang salah satunya kemakmuran yang inklusif.

Beberapa komitmen APR diwujudkan dengan membantu perancang lokal muda membangun brand sendiri hingga mampu meluncurkan koleksi pada pekan fashion show berkelas di tanah air. Salah satunya ialah Lily Masitah (27) yang berhasil membawa brand fesyen LILCLO pada Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) Oktober tahun lalu dan merupakan satu dari penerima beasiswa penuh APR yang berkolaborasi dengan IFI.

Selanjutnya, rangkaian acara dimoderatori oleh Temi Sumarlin, CEO Scarf Media. Kuliah umum berlangsung antusias dan dihadiri oleh lebih dari 100 peserta tatap muka dan daring, kegiatan ini menangkap semangat peserta yang terdiri dari pelajar kriya tekstil dan fesyen serta anggota API.

Dalam sesi pertama, Aaliya Mia dari Dinar Standard memaparkan kondisi pasar modest fashion global. Sebagai perwakilan lembaga riset strategi internasional spesialis inovasi halal dan ekonomi syariah, Mia menjelaskan bahwa Indonesia optimis dapat segera menjadi pusat global untuk modest fashion dengan beberapa catatan. Menurutnya, penggunaan e-commerce dan promosi melalui media sosial adalah salah satu faktor pendukung yang perlu diutilisasi lebih banyak.

“Saya pikir, kolaborasi dengan influencers internasional bisa memaksimalkan pengaruh brand di media sosial. Lalu, jika kita melihat tren saat ini, modest sport wear untuk perempuan tengah menjadi incaran, niche market seperti ini yang perlu ditargetkan,” terang Mia.

Sementara itu, dikutip dari sesi diskusinya, Dr Md Hasib Uddin, Chairman of ASP Group, Bangladesh menyampaikan busana modest mengutamakan elemen tertutup, sopan, dan nyaman. Namun, ia menyebut bahwa pengguna kini juga melirik unsur sustainability. “Material yang mengusung keberlanjutan adalah elemen penting yang perlu diperhatikan para desainer dalam modest fashion saat ini,” ujar Hasib.

Indonesia dinilai beruntung secara geologis sehingga mampu menjangkau pasar negara-negara muslim seperti Malaysia, Brunei, Pakistan, Turki, dan Bangladesh sebagai pasarnya. Menurut State of Global Islamic Ecomony Report 2023/2024, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara yang mendominasi ekosistem fashion muslim setelah Turki dan Malaysia, ini tentunya berpeluang untuk terus meningkat. Ditambah dengan perkiraan konsumsi modest fashion dunia dapat mencapai 428 miliar dolar AS pada tahun 2027 dan terus berkembang. 

Sesi kuliah umum berikutnya diisi oleh para praktisi dan akademisi dalam negeri. Deden Siswanto mewakili IFC pada materinya memaparkan bahwa busana modest harus berani berevolusi sesuai dengan perkembangan zaman tanpa melanggar kaidah dan aturan yang ada, hal ini diungkapkan agar dapat memberikan pilihan berbusana kepada penikmatnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement