REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus turbulensi saat penerbangan diprediksi akan meningkat seiring memanasnya suhu Bumi akibat perubahan iklim. Perkiraan tersebut dipaparkan dalam sebuah studi yang sudah dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters.
Dikutip dari laman BBC, Rabu (22/5/2024), dalam studi itu, para ilmuwan di Reading University di Inggris mempelajari turbulensi udara jernih, yang lebih sulit dihindari oleh pilot. Peneliti menemukan bahwa turbulensi parah meningkat sebesar 55 persen antara tahun 1979 dan 2020 di rute Atlantik Utara.
Salah satu pemicu peningkatan tersebut kemungkinan adalah perubahan kecepatan angin di dataran tinggi akibat pemanasan udara yang disebabkan emisi karbon. Penelitian yang dilakukan selama satu dekade menunjukkan peningkatan turbulensi tersebut sudah dimulai.
Peneliti studi, profesor Paul Williams, menyarankan maskapai penerbangan berinvestasi dalam sistem prakiraan dan deteksi turbulensi yang lebih baik. Hal itu guna mencegah terjadinya penerbangan yang lebih berguncang dalam beberapa dekade mendatang.