REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani, Lintar Satria, Antara
Israel merespons dengan keras terhadap rencana pengakuan resmi Norwegia, Irlandia, dan Spanyol atas negara merdeka Palestina. Tel Aviv pada Rabu (22/5/2024) langsung memanggil diplomat mereka di negara-negara tersebut untuk 'konsultasi mendesak'.
"Hari ini, Saya mengirim pesan yang tajam kepada Irlandia dan Norwegia: Israel tidak akan diam," kata Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz dikutip Reuters.
Kementerian Luar Negeri Israel pada hari ini mengungah pesan video di X, yang mengingatkan Irlandia, bahwa, "Pengakuan negara Palestina akan meningkatkan risiko membuat Anda berada di tangah Iran dan Hamas," sambil menambahkan, langkah Irlandia mengakui negara Palestina, "Hanya akan menambah bahan bakar ekstremisme dan instabilitas."
Menurut pemerintah Israel, rencana pengakuan terhadap negara Palestina adalah sebuah "hadiah untuk terorisme", yang akan malah mengurangi peluang negosiasi berakhirnya perang di Gaza. Katz bahkan berjanji Pemerintah Israel akan merilis video penculikan lima tentara wanita Israel pada 7 Oktober untuk membuktikan klaim kekejaman Hamas.
Cuplikan video itu, menurut Katz, "membuktikan betapa terpelintirnya keputusan dibuat oleh tiga negara itu."
"Langkah mereka (mengakui negara Palestina) akan mendapatkan konsekuensi yang berat," ujar Katz, menambahkan.
Dikutip the Times of Israel, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich pun menuntut, "hukuman berat" terhadap Otoritas Palestina, sambil mengumumkan bahwa dia akan memangkas transfer dana bagi hasil pajak kepada otoritas tersebut. Smotrich juga menginginkan adanya persetujuan ribuan pendudukan baru di tanah Palestina sebagai aksi balasan atas pengakuan Norwegia, Irlandia, dan Spanyol.
⚡️Itamar Ben Gvir's Statement in response to #IRELAND, #SPAIN, #NORWAY in Al Aqsa Mosque, where he promises to conquer land :
“This morning, I visited the Temple Mount, the most sacred place for the people of Israel and belonging solely to the State of #Israel.
There, I made… pic.twitter.com/vNpTzX9krD
— Middle East Observer (@ME_Observer_) May 22, 2024