REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam ajaran Islam, konsep tentang jin adalah topik yang sering diperbincangkan. Jin adalah makhluk yang terbuat dari api yang dapat berubah menjadi berbagai bentuk.
Jin juga makhluk yang tidak terlihat oleh manusia kecuali atas izin Allah SWT. Seperti manusia, jin bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Ada di antara mereka yang beriman, kafir, berdosa, baik, dan jahat.
Muncul pertanyaan, apakah setiap orang memiliki qarin yang selalu mendampinginya? Mungkin pertanyaan ini tebersit dalam pikiran sebagian orang. Lantas bagaimana dengan Nabi SAW, apakah juga didampingi jin qarin?
ما مِنكُم مِن أحَدٍ، إلَّا وقدْ وُكِّلَ به قَرِينُهُ مِنَ الجِنِّ، قالوا: وإيَّاكَ يا رَسولَ اللهِ؟ قالَ: وإيَّايَ، إلَّا أنَّ اللَّهَ أعانَنِي عليه فأسْلَمَ، فلا يَأْمُرُنِي إلَّا بخَيْرٍ.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping (qarin) dari kalangan jin." Mereka (para sahabat) bertanya, "Engkau juga, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam, dia hanya memerintahkan kebaikan padaku." (HR Muslim)
Dari hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW memberitahukan keberadaan jin di sekitar kita. Di antara mereka ada yang ditugaskan untuk tidak pernah meninggalkan manusia, merencanakan kejahatan dan dosa bagi mereka.
Bahkan, seberapa pun tingginya ilmu dan ibadah seorang Muslim, dia tetap didampingi qarin dari kalangan jin yang ditugaskan untuk menggoda dan menyesatkan mereka.
Qarin ini adalah setan yang ditugaskan untuk menyesatkan manusia, meragukan keyakinan mereka, dan membujuk mereka untuk melanggar perintah Allah SWT.
Sangat penting untuk berhati-hati terhadap pengaruh qarin ini, dan waspada terhadap godaan dan tipu dayanya.
Dalam hadits tersebut, para sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW apakah beliau juga didampingi qarin. Lalu Nabi SAW mengiyakannya dan mengatakan bahwa beliau juga memiliki qarin dari jin seperti halnya setiap orang memiliki qarin dari jin.
Namun Allah SWT membantu Nabi SAW sehingga selamat dari kejahatan dan bisikan-bisikan qarin. Hingga kemudian, qarin pendamping Nabi SAW menjadi Islam, yang berarti mengimani dakwah dan risalah kenabian yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
Nabi SAW pun mendapat perlindungan dari tipu daya dan godaan qarin tersebut. Beliau dilindungi dan dijaga dari kejahatan dan fitnahnya. Qarin pendamping Nabi SAW tidak memerintahkan beliau SAW kecuali untuk kebaikan. Hal ini sebagaimana disebutkan Imam az-Zurqani dalam Syarh al-Mahawib berikut ini:
والإجماع على عِصْمَة النبي ـ ﷺ ـ مِنَ الشيطان، وإنما المُراد تحذيرُ غيره من فتنة القرين ووسوسته وإغوائه، فأعْلَمَنَا أنه معنا لنحْترز منه بحسب الإمكان
“Ulama sepakat keterjagaan Nabi SAW dari setan, maksud dari hadits ini mengabarkan sekalipun ada qarin di dalam diri Nabi SAW, tetapi yang dimaksud disini adalah mengingatkan umat beliau atas bahaya qarin, bisikan, dan penyesatan qarin. Rasulullah memberitahukan ke kita, sesungguhnya qarin itu bersama kita dan hendaknya kita waspada sebisa mungkin.”