REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang dokter yang dipaksa keluar dari rumah sakit al-Awda di Gaza utara mengungkapkan terdapat 14 pasien dan beberapa staf yang masih di dalam rumah sakit yang dikepung pasukan Israel. "Hari ini militer Israel memaksa hampir semua orang di dalam rumah sakit keluar, pasien-pasien masih di dalam bersama empat staf medis dan dua paramedis yang merawat mereka," kata Dokter Marwan Fwaihi seperti dikutip dari Aljazirah, Kamis (23/5/2024).
"Semua diperintahkan untuk meninggalkan rumah sakit dan terus berjalan menuju barat (Kota Gaza). Kami berjalan sampai tempat aman dan menemukan tempat sementara," tambahnya.
Fwaihi menekankan, ia berulang kali meminta organisasi-organisasi internasional membantu pasien dan staf medis yang terjebak di dalam rumah sakit yang dikepung. Namun sejauh ini tidak ada progres.
"Saya meminta semua organisasi internasional dan pejabat yang berkaitan dengan kesehatan, terutama WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk melakukan intervensi demi melindungi sisa mereka yang ada di dalam rumah sakit, pasien di rumah sakit dan para staf medis yang menolak pergi," katanya.
Sementara itu, kelangkaan bahan bakar menaikan tarif transportasi. Warga Palestina di Jalur Gaza kesulitan bepergian bahkan untuk perjalan penting ke rumah sakit. "Sekarang harga satu liter diesel 16 dolar AS," kata pengungsi Palestina yang menggunakan mobil pick-up untuk mencari nafkah, Juda Safi.
"Ini sama sekali tidak adil. Bila saya meminta penumpang satu sampai tiga dolar AS, kami akhirnya berkelahi tapi itu di luar kendali saya, saya kesulitan untuk menutup biaya bensin atau mencari nafkah untuk memberi makan keluarga saya," katanya.
Mereka yang tidak bisa membayar tarif transportasi menggunakan kenderaan alternatif seperti gerobak keledai. Semakin banyak yang menggunakan moda transportasi itu untuk mengangkut barang atau bepergian