Jumat 24 May 2024 12:38 WIB

10 Juta Gen Z Nganggur, Politikus PKS Singgung Kesempatan Kerja

Gen Z harus difasilitasi untuk mendapatkan pekerjaan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Erdy Nasrul
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengatakan Pemerintah perlu mengejar ketertinggalan indikator kesehatan yang terancam tidak tercapai jelang satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo berakhir.
Foto: dok DPR
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengatakan Pemerintah perlu mengejar ketertinggalan indikator kesehatan yang terancam tidak tercapai jelang satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo berakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati prihatin dengan hampir 10 juta penduduk usia muda (15-24 tahun atau Gen Z) berstatus menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET) versi data Badan Pusat Statistik (BPS). Apabila dirincikan, anak muda yang paling banyak NEET justru ada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di pedesaan.

Kurniasih mengungkapkan fenomena maraknya pengangguran di kalangan Gen Z menjadi ancaman serius bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. Kurniasih menyebut, bonus demografi jika tidak diiringi dengan hadirnya kesempatan kerja yang besar bagi generasi muda akan menciptakan bom waktu. 

Baca Juga

"Angka 10 juta pengangguran Gen Z sudah jadi tanda-tanda jika bonus demografis kita tidak terkelola dengan baik. Kita sudah menyadari hadirnya bonus demografi maka di hulu pentingnya pendidikan skill dan di hilir pentingnya terbukanya luas kesempatan kerja," kata Kurniasih dalam keterangannya yang dikutip pada Kamis (23/5/2024).

Anggota Fraksi PKS DPR RI ini mengungkapkan Gen Z semakin terhimpit karena dari sisi pendidikan tinggi kini semakin mahal dengan adanya kenaikan UKT. Sementara dari kesempatan kerja mensyaratkan sudah berpengalaman dan adanya batas usia. 

"Generasi muda hari ini tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Ada treatment khusus, terutama dari sisi pendidikan maupun dunia kerja. Harus dipermudah hadirnya lembaga pendidikan dengan skill yang saat ini sedang dibutuhkan, plus berikanlah kesempatan seluas-luasnya dari pemberi kerja," ujar Kurniasih. 

Kurniasih juga menyoroti hari ini tren angkatan kerja justru didominasi oleh pekerja informal. Hal ini membuktikan jika adanya angkatan pencari kerja yang membludak namun kesempatan kerja di sektor formal tidak memadai. 

"Baru saja viral pencari kerja untuk sebuah warung makan biasa antriannya membludak seperti halnya antrian kerja di pabrik. Ini memprihatinkan karena banyak anak kerja ini tak dapat kesempatan kerja formal sehingga lowongan apapun akan dijalani termasuk sektor informal. Padahal perlindungan pekerja di sektor informal masih sangat lemah," ucap Kurniasih.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement