Jumat 24 May 2024 15:51 WIB

Masuk Musim Tanam Kedua, Kementan Kawal Percepatan Tanam Padi

Ada syarat agar panen padi tersebut bisa diserap pemerintah melalui Bulog.

Ilustrasi penanaman padi.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Ilustrasi penanaman padi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) mengawal percepatan tanam padi pada musim tanam Mei 2024 yang digiatkan kelompok tani di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Sesuai kebijakan Pak Menteri saya langsung turun ke Bantul dan melihat kondisi pertanaman dan sesuai arahan Pak Menteri untuk dilakukan percepatan tanam, itu yang saya kejar," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementan Suwandi seusai kunjungannya ke Bantul, Jumat (24/5/2024).

Baca Juga

Dalam kunjungannya, Dirjen Tanaman Pangan yang didampingi pejabat perwakilan Perum Bulog, dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul melakukan tanam padi dan mengawali panen raya di lahan pertanian Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kelurahan Canden, Jetis, Bantul.

"Di Bantul ini hasilnya adalah dari kesanggupan 1.800 hektare tanam di Mei ini ternyata nanti diprediksi sampai 31 Mei akan sanggup 2,200 hektare. Ini melebihi ekspektasi kami dari luas baku sawah yang sekitar 14 ribu hektare," katanya.

Dirjen Tanaman Pangan mengatakan, upaya yang dilakukan untuk percepatan tanam, salah satunya dengan mendampingi petani agar dari masa panen ke tanam berikutnya maksimal 14 hari, dengan penggunaan varietas unggul, misalnya Inpari 32.

"Daerah sini dengan Inpari 32 hasilnya bagus, mencapai 7,4 sampai 7,6 ton per hektare, dan harganya juga masuk, karena Bulog juga siap mengawal harga di Rp6 ribu per kilogram untuk gabah kering panen, dan Rp7,4 ribu per kilogram untuk gabah kering giling (GKG)," katanya.

Meski demikian, kata dia, panen padi tersebut bisa diserap pemerintah melalui Bulog harus memenuhi  kadar air dan derajat hampa tertentu dan sudah ada standardnya.

"Akan tetapi di luar kadar itu juga bisa, namun pakai pola komersial, sehingga apapun gabah yang dihasilkan petani bisa, dan konsepnya jemput bola," katanya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement