Jumat 24 May 2024 20:58 WIB

Fashion Show Baju Renang Digelar Pertama Kali di Arab Saudi, Ini Kata Desainer

Baju renang yang dipamerkan koleksi desainer Maroko Yasmina Qanzal.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Baju renang (ilustrasi). Fashion show baju renang digelar untuk pertama kalinya do Arab Saudi.
Foto: Dok. Freepik
Baju renang (ilustrasi). Fashion show baju renang digelar untuk pertama kalinya do Arab Saudi.

 

REPUBLIKA.CO.JAKARTA — Arab Saudi menjadi tuan rumah peragaan busana baju renang pertamanya pada Jumat (17/5/2024). Ini menandai perubahan budaya pada negara yang perempuannya banyak mengenakan abaya itu.

Baca Juga

Sebagian besar model memamerkan pakaian renang yang memperlihatkan bahu mereka, beberapa memperlihatkan bagian perut, dan yang lainnya menampilkan garis leher yang menjuntai dengan siluet yang melekuk tubuh. Gaya ini sebelumnya mungkin tidak terpikirkan untuk dipamerkan di depan umum Arab Saudi.

Acara yang digelar di tepi kolam renang tersebut berlangsung pada hari kedua pengukuhan Red Sea Fashion Week di St Regis Red Sea Resort. Pameran utama acara ini adalah koleksi desainer Maroko Yasmina Qanzal, yang menampilkan pakaian renang sederhana. Mulai dari pakaian one-piece dengan potongan V dalam dan motif off-shoulder, hingga atasan bandeau.

“Memang benar negara ini sangat konservatif namun kami mencoba menampilkan pakaian renang elegan yang mewakili dunia Arab. Saat kami datang ke sini, kami memahami bahwa peragaan busana baju renang di Arab Saudi adalah momen bersejarah, karena ini pertama kalinya diadakan,” ungkap Qanzal kepada kantor berita AFP

Pekan mode ini merupakan bagian dari Red Sea Global, salah satu mega proyek yang menjadi inti program reformasi sosial dan ekonomi Visi 2030 Arab Saudi, yang diawasi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Industri fashion di Arab Saudi berkembang pesat.

Pada 2022, menurut laporan terbaru dari Saudi Fashion Commission, industri ini menyumbang 12,5 miliar dolar AS atau 1,4 persen dari PDB nasional, dan mempekerjakan 230 ribu orang. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan tujuan Visi 2030 yang lebih luas yaitu menjadikan Arab Saudi sebagai pusat mode dan budaya global.

Sejak diangkat menjadi putra mahkota pada 2017, bin Salman telah mempelopori beberapa inisiatif untuk memodernisasi masyarakat Saudi, termasuk mengesampingkan polisi agama, memperkenalkan kembali bioskop, dan menyelenggarakan festival musik campuran. Semua reformasi ini, jika digabungkan, adalah bagian dari proyek jangka panjang bin Salman untuk mengurangi ketergantungan kerajaan terhadap minyak, dengan mendiversifikasi perekonomiannya dan mempromosikan sektor-sektor lain mulai dari teknologi hingga pariwisata, olahraga, hiburan, dan mode. Rencana tersebut mencakup sejumlah reformasi sosial yang dirancang untuk meliberalisasi beberapa norma budaya kerajaan yang ketat, serta beberapa proyek infrastruktur besar-besaran yang saat ini sedang dikembangkan, yang jika selesai akan menjadikan Arab Saudi sebagai tujuan utama modal asing.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement