REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK -- Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov pada Jumat (24/5/2024) mengatakan salah satu tujuan dalang serangan teroris di Balai Kota Crocus untuk merusak hubungan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) menggunakan faktor agama dan nasional.
"Lawan geopolitik kami memperkirakan akan menghancurkan keseimbangan unik antaretnis dan antaragama yang telah berkembang dalam jangka waktu lama hidup berdampingan di antara masyarakat kita,” kata Bortnikov pada pertemuan Dewan Kepala Badan Keamanan dan Layanan Khusus negara-negara anggota CIS di Bishkek.
Situasi di kawasan CIS dan dunia secara keseluruhan masih dalam ketegangan, karena Amerika Serikat dan Inggris, serta sekutu NATO mereka menggunakan seluruh persenjataan perang hibrida, kata Bortnikov.
"Amerika Serikat, Inggris, dan sekutu NATO mereka, dalam upaya mempertahankan dominasi global menggunakan seluruh persenjataan perang 'hibrida' melawan negara-negara berdaulat, yang tidak setuju dengan kebijakan mereka, termasuk dukungan terhadap rezim teroris secara terbuka,” kata Bortnikov.
Bortnikov menyimpulkan pihak berwenang Ukraina yang tidak memiliki peluang nyata untuk mencapai tujuan mereka di medan perang, dan beralih ke penggunaan teror total.
Sebeumnya, sejumlah orang bersenjata pada Jumat (22/3) melepaskan tembakan ke arah para penonton konser di Balai Kota Crocus dekat Moskow. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa 143 orang tewas, dan lebih dari 360 lainnya luka-luka.