Sabtu 25 May 2024 20:00 WIB

'Ngkaji Pendidikan' GSM di Surabaya Angkat Tema Revolusi Guru Indonesia

Rizal menyebut pada era teknologi dan internet guru justru menjadi budak teknologi.

Rep: Khofifah Alief Saputri/Azidan Valent Yudhistira/ Red: Fernan Rahadi
Para anggota komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) berfoto bersama usai acara Ngkaji Pendidikan di Surabaya, Sabtu (25/5/2024).
Foto: GSM
Para anggota komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) berfoto bersama usai acara Ngkaji Pendidikan di Surabaya, Sabtu (25/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Spesial menyambut bulan pendidikan, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengadakan 'Ngkaji Pendidikan' di Surabaya, Sabtu (25/5/2024). Kegiatan ini dihadiri ratusan anggota komunitas GSM Surabaya serta dari kabupaten dan kota lain di Jawa Timur, termasuk dari luar provinsi seperti dari Bali, Pekalongan, Rembang, Semarang, Cirebon, dan Tangerang Selatan.

Materi yang dibawakan oleh pendiri GSM Muhammad Nur Rizal pada Ngkaji Pendidikan kali ini adalah ‘Revolusi Guru Indonesia’. Selain pemaparan materi, Ngkaji Pendidikan juga dilengkapi dengan sesi tanya jawab dengan founder GSM dan refleksi bersama. 

Rizal memaparkan, saat ini profesi yang bisa meneruskan estafet pengetahuan adalah guru. Hakikatnya, guru diartikan sebagai pemusnah kegelapan dan pembawa terang. Maka dari itu, guru tidak boleh hanya sekadar mendidik dan mengajar di kelas-kelas.

"Apakah selama ini kita bisa juga disebut sebagai guru? Dan yang menjadi pertanyaan pada pembahasan kali ini, apakah kita sudah menjadi guru yang dimaksud tersebut?" kata Rizal.