Ahad 26 May 2024 16:15 WIB

Hari Tiroid Sedunia Diperingati Setiap 25 Mei, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Penyakit tiroid terdiri atas beragam jenis.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Dokter memeriksa pasien yang mengalami tiroid (ilustrasi). Hari Tiroid
Foto: www.freepik.com
Dokter memeriksa pasien yang mengalami tiroid (ilustrasi). Hari Tiroid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Tiroid Sedunia diperingati setiap 25 Mei. Penyakit tiroid merupakan istilah untuk beragam kondisi yang memengaruhi fungsi kognitif.

Penyakit tiroid bisa disebabkan oleh beragam faktor dan umumnya bisa diobati dengan obat-obatan. "Penyakit tiroid adalah istilah umum untuk kondisi medis yang membuat tiroid Anda tidak bisa memproduksi hormon dalam jumlah yang tepat. Penyakit ini bisa mengenai semua usia," ujar Cleveland Clinic melalui laman resminya, seperti dikutip pada Ahad (26/5/2024).

Tiroid itu sendiri adalah sebuah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang berlokasi di bagian depan leher. Tiroid merupakan bagian dari sistem endokrin dan mengontrol banyak fungsi-fungsi penting di tubuh, dengan cara memproduksi serta melepas hormon-hormon tiroid. Beberapa contoh dari hormon tersebut adalah thyroxine (T4) serta triiodothyronine (T3).

"Ketika tiroid Anda tidak bekerja dengan benar, itu akan mempengaruhi seluruh tubuh Anda," kata Cleveland Clinic.

Johns Hopkins Medicine mengungkapkan bahwa penyakit tiroid terdiri atas beragam jenis. Berikut ini adalah sebagian di antaranya:

1. Hipotiroidsime: Kelenjar tiroid tidak begitu aktif sehingga hormon tiroid yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Karena hormon tidak mencukupi, sebagian fungsi tubuh akan mengalami penurunan atau bekerja lebih lambat. Hipotiroidisme paling sering disebabkan oleh gangguan autoimun dan bisa memunculkan gejala seperti kelelahan, mudah kedinginan, wajah bengkak, kenaikan berat badan, sembelit, hingga tangan kesemutan.

2. Hipertiroidisme: Kelenjar tiroid terlalu aktif sehingga hormon tiroid di dalam tubuh jadi berlebih. Kondisi ini bisa disebabkan oleh gangguan autoimun, tiroiditis, tumor tak ganas, hingga konsumsi terlalu banyak yodium atau terlalu banyak menggunakan obat hormon tiroid untuk mengobati hipotiroidisme. Beberapa gejalanya adalah mudah marah, keringat berlebihan, kulit menipis, tekanan darah tinggi, otot lemah, penurunan berat badan, siklus menstruasi tidak teratur, sulit tidur, hingga lebih sering buang air besar.

3. Tiroiditis Hashimoto: Sebuah gangguan autoimun yang menyebabkan peradangan pada kelenjar tiroid. Kondisi ini bisa memicu terjadinya gondok atau goiter dan beberapa gejala lain seperti kelelahan, depresi, mudah kedinginan, kenaikan berat badan, tremor, denyut jantung lebih cepat, hingga berkeringat.

4. Tumor tiroid: Benjolan kecil tak ganas yang tumbuh pada kelenjar tiroid, umumnya dimulai dari lapisan sel-sel yang melapisi permukaan bagian dalam kelenjar tiroid. Bisa memunculkan gejala seperti benjolan pada area leher, suara serak, kesulitan menelan, tekanan dan nyeri pada leher, hingga denyut jantung lebih cepat atau tak beraturan.

5. Kanker tiroid: Kanker pada kelenjar tiroid lebih sering mengenai orang-orang yang pernah menjalani radiasi pada area kepala, leher, atau dada. Kanker tiroid bisa dibagi menjadi empat tipe utama, yaitu kanker tiroid papiler, kanker tiroid folikuler, kanker tiroid anaplastik, dan kanker tiroid meduler. Sebagian besar kanker tiroid tidak bergejala, tapi bisa juga memunculkan gejala seperti sulit menelan, perubahan suara, serta pembesaran kelenjar getah bening. Banyak kasus kanker tiroid yang dapat diobati dengan sukses.

Menurut Cleveland Clinic, ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan untuk mengalami penyakit tiroid. Kelompok tersebut adalah wanita, memiliki riwayat keluarga penderita penyakit tiroid, mengidap sindrom Turner, mengonsumsi obat yang tinggi akan yodium, hidup di negara yang tidak menyertakan yodium dalam garam, berusia di atas 60 tahun, atau pernah menjalani terapi radiasi di area kepala dan/atau leher.

Penderita penyakit autoimun juga cenderung berpeluang lebih besar untuk mengalami penyakit tiroid. Terlebih bila jenis penyakit autoimun yang diidap adalah anemia pernisiosa, diabetes tipe 1, penyakit celiac, penyakit Addison, lupus, rheumatoid arthritis, serta sindrom Sjogren.

Tiap jenis penyakit tiroid tentu membutuhkan penanganan atau terapi yang berbeda. Namun tujuan dari pengobatan ini relatif sama, yaitu mengembalikan kadar hormon tiroid ke rentang yang sehat.

Secara umum, beberapa opsi terapi yang dapat diberikan bila kelenjar tiroid terlalu aktif adalah obat-obatan antitiroid, terapi radioiodine, beta-blocker, serta operasi. Sedangkan opsi terapi untuk kelenjar tiroid yang kurang aktif umumnya berupa obat-obatan pengganti tiroid.

Penyakit tiroid umumnya merupakan kondisi seumur hidup, sehingga perlu dikelola secara konsisten. Selama mendapatkan terapi yang tepat dan menjalaninya dengan tertib, pasien penyakit tiroid bisa menjalani kehidupan yang normal.

Bisakah dicegah?

Penyakit tiroid umumnya tidak bisa dicegah. Alasannya, sebagian besar kasus penyakit tiroid berkaitan dengan genetik dan/atau masalah autoimun. Kedua faktor ini tidak bisa dimodifikasi atau dicegah kemunculannya.

Penyakit tiroid yang mungkin bisa dicegah adalah penyakit tiroid yang berkaitan dengan konsumsi yodium terlalu banyak atau terlalu sedikit. Bila memiliki kekhawatiran terkait konsumsi yodium, coba lakukan konsultasi lebih lanjut dengan dokter. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement