Senin 27 May 2024 13:07 WIB

Serangan Roket Hamas dan Trik Netanyahu Justifikasi Serangan Rafah

Serangan ini memberi sinyal Hamas masih dapat melepaskan tembakan jarak jauh.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, 24 Mei 2024.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, 24 Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pengamat politik Israel, Akiva Eldar, mengatakan serangan roket terbaru ke Israel yang dilaporkan diluncurkan dari Rafah, akan mendorong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk “memainkan peran sebagai korban."

Dikutip dari Aljazirah, Ahad (26/5/2024) Eldar mengatakan tembakan ini juga akan memungkinkan Netanyahu berargumen putusan Mahkamah Internasional untuk menghentikan operasi militer di Rafah, dengan mengatakan operasi militer tersebut diperlukan untuk menjamin keamanan warga sipil Israel dalam menghadapi serangan-serangan semacam itu.

Baca Juga

Eldar mengatakan, serangan ini dapat membuat Netanyahu percaya ia memiliki “pembenaran” untuk masuk lebih dalam ke Rafah hingga, seperti yang ia janjikan, mencapai kemenangan total.” Sebelumnya, kantor berita Reuters melaporkan sayap Bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam mengatakan mereka meluncurkan serangan "rudal besar" ke Tel Aviv.

Sementara militer Israel membunyikan sirene yang memperingatkan kemungkinan datangnya roket ke tengah kota. Dalam pernyataannya di aplikasi kirim-pesan Telegram, Ahad (26/5/2024) Brigade Al Qassam mengatakan roket-roket itu diluncurkan sebagai respon atas apa yang mereka sebut sebagai "pembantaian zionis terhadap warga sipil". Stasiun televisi Hamas, Al Aqsa, melaporkan roket-roket itu diluncurkan dari Jalur Gaza.