REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Juru Bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh mengutuk keras serangan Israel ke tenda-tenda pengungsi di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, Ahad (26/5/2024), dan menyebutnya sebagai pembantaian yang melampaui segala batas.
“Tindakan kuasa penjajah Israel dalam pembantaian yang keji ini menantang semua resolusi internasional, khususnya putusan ICJ (Mahkamah Internasional) terkini yang jelas dan berterus terang,” ucap Abu Rudeineh, sebagaimana pernyataan otoritas Palestina yang disiarkan lewat media sosial, Senin.
ICJ sebelumnya mengeluarkan putusan tambahannya terkait dugaan genosida Israel pada Jumat (24/5/2024), yang memerintahkan Israel untuk segera menghentikan serangan militernya di Rafah.
Abu Rudeineh menyebut Amerika Serikat juga bertanggung jawab atas pembantaian tersebut karena memberikan dukungan tanpa henti kepada Israel. Ia mengatakan tindakan itu merupakan noda bagi kemanusiaan.
“Posisi Amerika yang mendukung penjajahan ini secara finansial dan politis adalah alasan utama terjadinya pembantaian mengerikan yang melanggar semua tabu ini,” ucap dia.
Dia menegaskan bahwa serangan Israel ini semakin menunjukkan pentingnya intervensi internasional untuk menghentikan kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta Yerusalem.
Abu Rudeineh juga mendesak masyarakat internasional agar memastikan Israel menghentikan kejahatan terhadap kemanusiaan yang mereka lakukan, yang dapat memperburuk situasi kemanusiaan di Palestina.
Sedikitnya 30 orang gugur dan puluhan lainnya terluka saat Israel menyerang sebuah kamp yang dihuni pengungsi di Kota Rafah, Gaza selatan, pada Ahad (26/5/2024), menurut sumber media dan pejabat.
Serangan itu terjadi dekat pusat logistik Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal Al Sultan, kata kantor media Gaza.
Serangan pesawat tempur Israel menghantam beberapa tenda di wilayah tersebur, sebut kantor itu, seraya menambahkan bahwa serangan dilakukan dengan menggunakan rudal dan bom seberat sekitar 907 kilogram.
Sebelumnya, pasukan pertahanan sipil Gaza mengatakan mereka memindahkan 50 orang, termasuk mereka yang gugur dan terluka, setelah terjadi pengeboman. Wilayah yang menjadi target tersebut menaungi setidaknya 100 ribu pengungsi, menurut pasukan itu.
Bulan Sabit Merah Palestina dalam pengarahan singkatnya mengatakan kru ambulans mereka membawa para korban ke pusat-pusat medis terdekat.
Serangan itu menyebabkan kebakaran di wilayah itu, yang masih terus berkobar, menurut para saksi.
“Kami menyelamatkan sejumlah besar anak-anak yang menjadi korban pengeboman Israel, termasuk seorang anak tanpa kepala dan anak-anak yang tubuhnya hancur,” kata seorang petugas paramedis Palestina kepada Anadolu.
“Pembantaian Rafah merupakan pesan jelas Israel kepada ICJ dan komunitas internasional bahwa serangan terhadap warga sipil di Gaza terus berlanjut,” kata kantor media dalam pernyataannya.
Kantor tersebut lebih lanjut mencatat bahwa “sedikitnya 190 warga Palestina terbunuh dan terluka dalam 24 jam terakhir karena tentara Israel menargetkan lebih dari 10 tempat penampungan bagi para pengungsi di Jalur Gaza”.
Tentara sebelumnya telah mengidentifikasi kamp yang dibom di Rafah masuk "dalam zona aman di mana para pengungsi didesak untuk pergi."