REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Masjid Al Aqsa merupakan sebuah masjid bersejarah bagi umat Islam yang terletak di jantung kota Jerusalem. Masjid itu juga adalah bagian dari awal sejarah dimulainya penyebaran agama Islam.
Meski Allah SWT telah memindahkan kiblat ke Masjidil Haram, Islam tidak lantas 'meminggirkan' kedudukan Masjid Al Aqsa. Bagaimana pun kitab suci Alquran telah menempatkan masjid tersebut dalam kemuliaan khususnya pada saat peristiwa Isra Miraj-nya Nabi Muhammad SAW.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
"Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjid Al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar lagi Mahamengetahui." (QS Al-Isra [17]:1).
Tidak ada catatan pasti, kapan tepatnya dan oleh siapa Masjid Al Aqsa ini didirikan. Namun satu riwayat menyebut, bahwa Nabi Adam alaihissalam-lah yang pertama kali membangun masjid ini setelah ia membangun Baitul Haram.
Namun seiring perjalanan waktu, bangunan tersebut roboh, hingga beberapa abad kemudian, Nabi Daud membangunnya kembali. Nabi Sulaiman alaihissalam akhirnya menyempurnakan lagi masjid itu. Adapun sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dzar dan dikutip oleh Al-Alusi, menyatakan, masjid ini dibangun oleh Nabi Yakub alaihissalam sekitar 40 tahun setelah kakeknya yakni Nabi Ibrahim alaihissalam mendirikan Kabah di Makkah.
Tahun 638 M, beberapa tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Khalifah Umar bin Khattab untuk pertama kalinya melakukan pengembangan Masjid Al-Aqsa. Pengembangan ini berlanjut sampai pada masa kepemimpinan Al-Walid (705M) yang meliputi kubah masjid (The Dome of Rock) dan bangunan di sekelilingnya. Sejak saat itu, renovasi bangunan masjid terus dilakukan.
Hal ini antara lain berkaitan dengan bertambahnya jumlah jamaah tanpa mengubah bentuk dasar bangunan yang telah berusia sekitar 13 abad. Demikianlah hingga membuat Masjid Al-Aqsa selalu dimuliakan oleh segenap umat Islam.
Di samping menjadi tempat peribadatan umat Muslim, Al-Aqsa juga menjadi tempat penimbaan ilmu agama Islam baik Alquran maupun hadits.
Imam Al-Ghazali merupakan salah satu ilmuwan besar Islam pada abad ke-11 yang memperdalam pengetahuannya di tempat ini. Menyangkut nama Masjid Al-Aqsha, terdapat perbedaan pendapat dari para ulama.
Seperti dikutip dari buku Ensiklopedi Islam, sebagian ulama berpendapat bahwa masjid ini disebut aqsha (jauh) karena letaknya yang cukup jauh dari Masjidil Haram di Makkah. Menurut Al-Alusi, jarak kedua masjid ini 40 malam perjalanan dengan mengendarai unta.
Sementara pendapat yang lain menyatakan masjid ini disebut aqsha karena masjid ini bebas dari kotoran, tempat turun malaikat, dan wahyu serta kiblat para nabi sebelum Rasulullah SAW.
Hal ini dibenarkan pula oleh Ibn Khaldun yang menurutnya masjid itu merupakan tempat para nabi beribadah. Tidak ada satu jengkal pun tanah di areal masjid itu yang tidak dipakai para nabi dan malaikat guna melaksanakan ibadah.
Bentuk asli bangunan Masjid Al Aqsa berupa serambi kiblat, tidak memiliki lapangan di tengah, sebagaimana masjid pada umumnya.
Walaupun telah beberapa kali mengalami renovasi maupun perbaikan besar-besaran, utamanya setelah gempa besar pada 1916, akan tetapi bentuk bangunan asli tetap dipertahankan.