Selasa 28 May 2024 20:04 WIB

Sering Lupa pada Lansia Bisa Jadi Pertanda Demensia

Banyak yang menganggap orang tua sering lupa sebagai hal wajar karena proses penuaan.

Lansia mengalami demensia (ilustrasi). Orang tua sering pikun bisa menjadi pertanda demensia.
Foto: pixabay
Lansia mengalami demensia (ilustrasi). Orang tua sering pikun bisa menjadi pertanda demensia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua sering pikun? Jika ya, sebaiknya Anda tidak menyepelekan hal tersebut. Pasalnya, dokter spesialis neurologi RS Pusat Otak Nasional Prof Dr dr Mahar Mardjono dr Ratih Puspa mengatakan hal itu dapat menjadi pertanda demensia.

Dia mencontohkan, apabila nenek biasanya bisa memasak, namun kali ini masakannya ditinggal hingga gosong, yang dapat memicu kebakaran; atau tiba-tiba lupa cara mengoperasikan gawai pintar meski sering memakai.  Dr Ratih menyebut banyak orang menganggap bahwa orang tua yang sering lupa adalah hal yang wajar karena bagian dari proses penuaan.

Baca Juga

Perlu segera diperiksakan untuk mengetahui apakah ada demensia atau tidak. Deteksi dini membuat komplikasi atau perjalanan penyakit tersebut dapat dicegah.  

Dia menjelaskan, selain sering lupa tersebut, yang perlu diperhatikan adalah ketika orang tua tersebut menjadi sulit dalam berkomunikasi, seperti sulit menyebutkan kata-kata atau berbicaranya lancar namun tidak nyambung saat diajak mengobrol.

"Supaya si orang yang dengan demensia ini dapat hidup dengan baik, dalam arti walaupun dia mungkin mengalami ketergantungan, tetapi dia bisa mengupayakan untuk dirinya sendiri minimal, dia bisa makan sendiri dengan sendok," kata dia dalam diskusi bertajuk "Cegah Demensia Pada Lansia!" oleh Kementerian Kesehatan di Jakarta, Selasa (28/5/2024).

Dia menyebut, demensia adalah gangguan kognitif dan neuropsikiatri yang disebabkan oleh proses degeneratif yakni penurunan fungsi tubuh, yang umumnya ditemukan pada orang lanjut usia. Penyakit itu menyebabkan gangguan pada memori serta kemandirian.

Selain kemampuan berpikir yang menurun, ujarnya, pada demensia yang parah, penderita menjadi sering marah, berhalusinasi, sering berjalan-jalan saat tengah malah untuk beraktivitas. Dokter itu mencontohkan sejumlah komplikasi akibat demensia, yaitu infeksi paru-paru atau saluran kemih, malnutrisi karena tidak mau makan, dan dekubitus atau lecet-lecet di kulit akibat sering berbaring.

Untuk pemeriksaan dapat dilakukan dengan MMSE (mini mental state examination). Menurutnya, demensia bukanlah akhir segalanya. Dia mengatakan, apabila menderita demensia, pola hidup yang bersih dan sehat perlu tetap diupayakan guna memperlambat proses penurunan kondisi. Selain itu, katanya, latihan-latihan dan stimuli dari keluarga dan pengasuh (caregiver) penting agar pasien dapat hidup lebih mandiri dan lebih baik.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement