Selasa 28 May 2024 20:08 WIB

Pakar ITB: SDM Elemen Terpenting Dukung Transisi Energi Hijau

Transisi energi hijau menuju energi ramah lingkungan telah menjadi kesepatan global.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Erik Purnama Putra
Indonesia telah berkomitmen terhadap transisi energi ramah lingkungan untuk mencapai net zero emissions (NZE) atau nol emisi karbon pada 2060.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Indonesia telah berkomitmen terhadap transisi energi ramah lingkungan untuk mencapai net zero emissions (NZE) atau nol emisi karbon pada 2060.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah berkomitmen terhadap transisi energi ramah lingkungan untuk mencapai net zero emissions (NZE) atau nol emisi karbon pada 2060 atau bahkan lebih cepat. Persiapan sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu elemen terpenting untuk mendukung transisi energi hijau menuju NZE.

"Ekosistem transisi energi hijau membuka peluang dan tantangan baru," ucap engineer Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi dalam seminar yang diselenggarakan oleh Hioki Electric Indonesia bertajuk 'Leading the Future: Expanding Horizon of Indonesia Energy Transition' di Jakarta dikutip Selasa (28/5/2024).

Menurut dia, transisi energi hijau memerlukan pemahaman, strategi, dan mekanisme yang tepat untuk mengidentifikasi tantangan atau peluang saat ini dan masa depan. Sehingga transisi energi rendah karbon yang adil dan merata dapat terlaksana dengan baik.

Baca: Prabowo Didampingi Erick Thohir Terima Pemilik Burj Khalifa

"Transisi energi hijau menuju energi bersih dan ramah lingkungan, telah menjadi kesepakatan global dan akan mengubah banyak hal. Seperti perubahan lapangan kerja, skenario pembangunan, orientasi bisnis dan lain-lain, baik dalam skala global, regional, maupun nasional," ucap Agus.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto mengatakan, upaya untuk mencapai transisi energi harus melalui tiga langkah. Pertama, pembangunan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) harus dilakukan sesuai potensi daerah.

 

Kedua, pembangunan infrastruktur jaringan listrik yang menjangkau daerah terpencil. Dan terakhir, penerapan pajak karbon untuk meningkatkan daya saing EBT dan mendorong perbankan untuk pengembangan EBT dengan bunga rendah.

"Selain itu perlu dibangun industri pendukung di dalam negeri, antara lain solar cell, baterai, mobil dan motor listrik, pabrik hidrogen, dan lain-lain, yang memiliki potensi keberlanjutan tinggi dan prospek di dalam industri energi," kata Djoko.

Sementara dalam hal SDM, Hioki Indonesia yang merupakan cabang dari Hioki EE Corporation, berupaya membantu pemerintah RI untuk menyiapkan SDM terampil. Selaku perusahaan asal Jepang, Hioki Indonesia membuka training center di Kora Surabaya, Jawa Timur, untuk pelatihan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai transformasi energi hijau.

"Alat-alat kalibrasi dan pengukuran yang kami miliki, bertujuan untuk menjaga standar kualitas dari produk baterai yang dipakai pada kendaraan listrik dan juga produk-produk industri lainnya," ujar President Director Hioki Indonesia, Tisna Irawan dalam diskusi tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement