REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sejumlah laporan media Israel pada Selasa (28/5/2024) melaporkan, bahwa anggota kabinet perang Zionis mencapai konsensus untuk menghentikan serangan militer ke Kota Rafah di Gaza selatan. Kantor berita Palestina Samaa, dengan mengutip informasi dari Channel 12 Israel, melaporkan, pada Senin (27/5/2024) malam, bahwa kabinet perang dan lembaga keamanan Israel sepakat menghentikan serangan Rafah, serta memberikan prioritas pada pertukaran tahanan dengan gerakan perjuangan Palestina, Hamas.
Menurut laporan yang sama, rezim tersebut juga menyampaikan tanggapannya terhadap proposal gencatan senjata kepada para mediator sebagai upaya melanjutkan perundingan. Mediator direncanakan akan menyampaikannya ke Hamas pada Selasa.
Rezim Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai penghentian serangan mematikan di Rafah yang sedang berlangsung, atau dimulainya kembali perundingan damai. Lebih dari tujuh bulan rezim Zionis menginvasi Jalur Gaza, dan tak henti-hentinya membombardir wilayah yang terkepung melalui udara, laut, dan darat.
Namun, beberapa pejabat tinggi Zionis dan personel militer, serta media di negara tersebut juga telah mengakui bahwa rezim tersebut tidak mencapai apa pun selain kejahatan, pembantaian, kehancuran, kejahatan perang, pelanggaran hukum internasional, serta pemboman terhadap organisasi bantuan dan kelaparan di wilayah yang terkepung. Sementara itu, beberapa sumber media Israel menyebutkan Netanyahu telah bersiap membubarkan kabinet perang, menyusul peringatan Benny Gantz untuk meninggalkan kabinet.
Sebelumnya, Gantz telah menetapkan batas waktu bagi Netanyahu untuk memintanya menentukan strategi baru pada 8 Juni, yang akan menjamin kembalinya para tawanan dan mengurangi kekuatan Hamas. Gantz sempat memperingatkan akan keluar dari kabinet perang, jika Netanyahu tidak memenuhi tuntutan yang ditentukan.