Rabu 29 May 2024 13:39 WIB

Dompet Dhuafa Formulasikan Budaya Lokal Indonesia dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat

Bangsa Indonesia perlu mengetahui apa faktor terpenting dalam mobilitas masyarakat.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi saat memberikan pidato kunci fokus grup diskusi (FGD) bertema Revitalisasi Cemerlang Budaya Lokal Dalam Membangun Karakter Bangsa Sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat di Bentara Budaya Kompas, Jakarta pada Rabu (29/5/2024).
Foto: Fuji E Permana/REPUBLIKA
Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi saat memberikan pidato kunci fokus grup diskusi (FGD) bertema Revitalisasi Cemerlang Budaya Lokal Dalam Membangun Karakter Bangsa Sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat di Bentara Budaya Kompas, Jakarta pada Rabu (29/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya menggelar fokus grup diskusi (FGD) bertema Revitalisasi Cemerlang Budaya Lokal Dalam Membangun Karakter Bangsa Sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat di Bentara Budaya Kompas, Jakarta pada Rabu (29/5/2024). Acara tersebut dihadiri berbagai tokoh nasional terkemuka untuk memformulasikan budaya di Indonesia dalam upaya memberdayakan masyarakat.

Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Parni Hadi memberikan pidato kunci saat membuka fokus grup diskusi. Mengawali pidatonya, Parni mengungkapkan kegelisahan dan kesedihannya dengan mempertanyakan kepada peserta diskusi, mengapa negeri ini tidak maju-maju.

Baca Juga

"Jumlah orang miskin tidak berkurang, masih banyak jumlahnya, ingin memberantas kemiskinan, tapi kok masih banyak yang miskin, apa yang salah? (padahal) kita punya Pancasila," kata Parni saat memberikan pidato kunci di Bentara Budaya Kompas, Rabu (29/5/2024)

Parni mengatakan, bangsa Indonesia punya Pancasila yang luhur, agung dan indah. Tapi seperti tidak ada dampaknya secara nyata, maka apa yang salah. Jangan-jangan bangsa ini hanya pandai bicara saja, bisa berbicara tapi tidak bisa melaksanakan.

Maka mari bedah dan bongkar pada fokus grup diskusi hari ini, kemudian melahirkan langkah konkret, bisa diterima dan dipraktikan. Selanjutnya bisa dicoba dilaksanakan, sebab di Indonesia sudah banyak yang bicara dan tulisan. Mungkin tulisan hasil penelitian jika ditumpuk sudah sampai langit, tapi tidak dilaksanakan dalam kehidupan nyata.

Parni juga mengungkapkan Dompet Dhuafa telah berbuat untuk membangun bangsa dan karakter bangsa. Tapi inisiator Dompet Dhuafa ini mengungkapkan kesedihannya. "Saya kok sedih, saya sedih. Tatkala korupsi, tatkala culas, bohong, curang, dan mementing kepentingan pribadi daripada kepentingan bangsa dan negara, sudah menjadi hal biasa, tatkala ideologi sudah jadi basa basi, menurut saya itu tanda kemerosotan budi pekerti (bangsa)," ujar Parni. 

Parni menambahkan, ideologi yang diagung-agungkan yakni Pancasila juga dianggap basa basi, diseminarkan dan didiskusikan berkali-kali. Itu tanda kemerosotan budaya. "Pancasila kita akui sebagai ideologi negara, saya setuju maka kita wujudkan dan laksanakan Pancasila untuk kepentingan rakyat dan mengatasi kemiskinan," kata Parni. 

Kepada peserta diskusi, Parni mengajak, mari hasil rumusan yang konkret, Dompet Dhuafa siap melakukan apa yang dirumuskan.

Ketua FGD Revitalisasi Cemerlang Budaya Lokal Dalam Membangun Karakter Bangsa Sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat, Rahmad Riyadi mengatakan, tujuan dilaksanakannya diskusi ini untuk membangun jaringan silaturrahmi antarpendukung budaya dan pemberdayan masyarakat di Nusantara. Kemudian memformulasikan cemerlang budaya di Indonesia bagi upaya memberdayakan masyarakat dan memperoleh model transformasi masyarakat kebudayaan yang luhur.

"Dalam kaitan dengan pemberdayaan masyarakat, kita menyadari kebudayaan sebagai salah satu unsur penting dalam pemberdayaan," kata Rahmad yang juga Ketua Dewan Pengawas Dompet Dhuafa.

Rahmad menambahkan, bangsa ini perlu mengetahui apa faktor terpenting dalam mobilitas masyarakat. Selain itu, Dompet Dhuafa dan peserta diskusi perlu mengetahui praktik pemberdayaan kebudayaan yang berasal dari lokal inisiatif yang telah berhasil secara berkelanjutan baik secara etos maupun mitos.

FGD ini dihadiri Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Bina Trubus Swadaya, Bambang Ismawan. Kemudian sebagai narasumber diskusi ada Restu Gunawan sebagai Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Profesor Nurhayati Rahman, Garin Nugroho Riyanto sebagai praktisi seni film, dan Yudi Latif dari Yayasan Dompet Dhuafa Republika.

GKR Mangkubumi dari Keraton Yogyakarta, Maria Loreta dari yayasan Agro Sorgum Flores, Andi Makmur Makka dari Pangadareng, Ilham Khoiri dari Bentar Budaya Kompas, Bambang Wiwoho sebagai Ketua Dewan Pembina Suluk Nusantara. Dengan moderator Wahyu Wiwoho dan Fatchuri Rosidin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement