Rabu 29 May 2024 20:36 WIB

Polisi Tangkap Sindikat Pembuat Upal Ratusan Juta di Cimahi

Pelaku sudah menjalankan aksinya tersebut sejak Januari tahun 2024

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Satreskrim Polres Cimahi mengungkap peredaran uang palsu dan menangkap dua tersangka.
Foto: dok. humas polres cimahi
Satreskrim Polres Cimahi mengungkap peredaran uang palsu dan menangkap dua tersangka.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Satreskrim Polres Cimahi berhasil membongkar dan menangkap sindikat pembuat dan pengedar uang palsu (Upal) di Kota Cimahi pada awal Mei lalu. Para tersangka yaitu VA dan PG yang telah membuat dan mengedarkan upal sebanyak Rp 400 juta hingga ke Provinsi Jawa Tengah.

Kapolres Cimahi AKBP Aldi Subartono mengatakan petugas berhasil mengungkap sindikat upal berawal dari penangkapan VA di Taman Kartini, Baros Kota Cimahi pada tanggal 10 Mei yang lalu saat mengedarkan upal Rp 1,5 juta.  Ia menuturkan pelaku mengaku mendapatkan uang palsu dari seseorang yaitu berinisial PG. "Polisi bergerak ke tempat pembuatan upal di rumah PG dan mengamankan PG serta alat membuat uang palsu," ujar Aldi, Rabu (29/5/2024).

Baca Juga

Tiap beraksi, ia mengatakan PG dapat membuat uang palsu dengan pecahan Rp 20 ribu, Rp 50 ribu hingga 100 ribu. Pelaku sudah menjalankan aksinya tersebut sejak Januari tahun 2024. "PG belajar membuat uang palsu dari temannya," kata dia.

Selama lima bulan, Kapolres menuturkan pelaku telah mencetak upal Rp 400 juta dan diedarkan kepada pemesan berinisial B di Jawa Tengah. Pihaknya sendiri masih mengejar B. "Bahan baku upal dipersiapkan sendiri oleh PG. Dia bereksperimen membuat uang palsu itu," katanya.

Ia mengatakan pihaknya pun sedang mendalami keterangan pelaku yang mengakubhanya menerima order dan mencetak uang palsu dari B. Akibat perbuatannya, pelaku dijerat pasal 224 KUHPidana dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Tersangka PG mengaku membuat dan mengedarkan uang palsu karena terdesak kebutuhan ekonomi yaitu membayar sewa kontrakan. Selain itu memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Karena kebutuhan ekonomi," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement