REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Gambar yang disusun kecerdasan artifisial ‘All eyes on Rafah’ dibagikan di story Instagram di seluruh dunia. Bukti dunia melihat kekejaman Israel di Gaza terutama serangannya ke kota paling ujung selatan Jalur Gaza itu dalam tiga pekan terakhir.
Mengapa All eyes on Rafah viral?
Pada awal perang Israel mengusir ratusan ribu warga di utara Gaza ke selatan. Pada bulan Februari setengah dari 2,3 juta populasi Gaza terpaksa mencari perlindungan ke Rafah.
Namun pada awal Mei lalu Israel melancarkan serangan ke Rafah dengan alasan terdapat pejuang Hamas yang bersembunyi di kota itu. Sebelum Israel menggelar serangan ke Rafah masyarakat internasional sudah mengecam rencana serangan.
Pada bulan Februari lalu perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Gaza dan daerah pendudukan Tepi Barat Richard Peeperkorn mengatakan "all eyes" atau semua mata tertuju pada rencana serangan Israel ke Rafah.
Diyakin pernyataannya "All eyes on Rafah" diambil untuk menjadi slogan aktivisme pro-Palestina diinternet dan dibagikan di media sosial.
Dua hari setelah Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya ke Rafah. Militer Israel menggelar serangan udara yang mengakibatkan kebakaran dan menewaskan 45 orang di al-Mawasi yang sebelumnya dinyatakan sebagai zona aman.
Dikutip dari Aljazirah, Rabu (29/5/2024) Israel kembali menggelar serangan ke kamp-kamp pengungsi di barat Rafah. Menewaskan sekitar 21 orang dan 12 diantaranya perempuan.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sejak Oktober lalu serangan Israel sudah menewaskan sekitar 36.171 orang Palestina.
Kini Rafah tidak seperti gambar All eyes on Rafah yang viral di media sosial. Di mana langitnya biru dan terdapat banyak tenda pengungsi. Ke langit Rafah gelap oleh asap dari pengeboman Israel ke tenda-tenda pengungsi yang hangus terbakar.
PBB mencatat pada Februari setidaknya terdapat 1,4 juta populasi Gaza yang mengungsi di Rafah.