Kamis 30 May 2024 06:45 WIB

Buka Ijtima Ulama Komisi Fatwa, Wapres Minta Ulama Istiqamah Jaga Umat dan Bangsa 

Ijtima Ulama VIII digelar membahas sejumlah isu aktual

Rep: Febrian Fachri / Red: Nashih Nashrullah
Wapres KH Maruf Amin
Foto: Setwapres
Wapres KH Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA - Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin hari ini, Rabu (29/05/2024), membuka secara resmi Ijtima' Ulama ke-8 Komisi Fatwa se-Indonesia yang digelar di Pesantren Bahrul Ulum Sungai Liat, Provinsi Bangka Belitung (Babel).

Dalam pidatonya, Wapres meminta para ulama, khususnya ulama fatwa agar terus konsisten (istiqomah) menebarkan kebaikan untuk menjaga umat, bangsa, dan negara. Menurutnya, menjaga konsistensi di jalan yang lurus dan moderat dalam berdakwah amat sulit karena penuh tantangan dan perjuangan. 

Baca Juga

“Yang penting itu buat kita, istiqomah, konsisten menyampaikan. Ini ternyata, konsisten itu bukan barang gampang. Sulit jalan di tengah, di garis mustaqim, itu tidak mudah, kalau tidak belok ke kiri, ke kanan,” kata Wapres. 

Selain itu, Wapres juga berpesan bahwa dalam menyampaikan pandangan-pandangan tentang masalah kebangsaan, keumatan, dan kemanusiaan, para ulama harus penuh dengan kesabaran dan tidak mudah putus asa. 

Dia meminta ulama tidak berputus asa bila fatwa yang dikeluarkan ulama belum diterima oleh masyarakat. 

Menurut Wapres, bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah merasa sedih saat berdakwah, karena banyak masyarakat Arab saat itu belum mau beriman. Sehingga, Rasul pun sampai mendapatkan teguran dari Allah SWT. 

“Boleh jadi kamu merasakan hancur akibat kesedihan karena orang Makkah itu tidak beriman [kata Allah]. Jadi, Rasulullah itu merasa hatinya hancur. Kok belum ada orang yang beriman,” ucap Wapres. 

“Nah, kata Allah, jangan sedih. Kalau saya mau, saya bisa turunkan dari langit mukjizat yang membuat tengkuk mereka itu tunduk. Saya tundukan semua, bisa,” katanya lagi. 

Ma’ruf mengatakan, Allah SWT menginginkan manusia datang kepada-Nya dengan penuh keikhlasan dan kecintaan kepada Tuhannya. Sehingga meskipun benar, ulama juga tidak boleh memaksakan keimanan kepada manusia yang belum mendapatkan hidayah.

“Kata Allah jangan, iman tidak boleh dipaksa. Allah tidak mau memaksa. Allah bisa membuat manusia seperti malaikat semua. Malaikat itu beriman semua, taat semua, malaikat tidak pernah ada yang maksiat kepada Allah,” ucap Ma’ruf. 

Wapres mengapresiasi Ijtima' Ulama yang tidak hanya membahas masalah keumatan dan kebangsaan pada lingkup nasional, tetapi juga membahas isu-isu global seperti masalah kemanusiaan dan perdamaian. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Asrorun Ni'am Sholeh dalam laporannya menyebutkan bahwa Ijtima’ Ulama merupakan kegiatan permusyaratan lembaga fatwa se-Indonesia untuk membahas berbagai masalah strategis kebangsaan dalam perspektif keagamaan, guna meneguhkan peran sosial dalam mewujudkan kemaslahatan bangsa. 

“Mengapa Ulama harus berperan dalam mewujudkan kemaslahatan bangsa ini? Karena ulama pemilik saham terbesar republik ini. Keberadaan negara dan bangsa ini adalah hasil perjuangan para ulama, hasil tetesan darah para syuhada, hasil perenungan suci, istikaharah, dan jihad para ulama,” ucap Asrorun. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement