Kamis 30 May 2024 07:34 WIB

Israel Klaim Serangan Udara ke Rafah Digelar dengan Presisi

AS mengatakan perang ini bukan memerangi rakyat Gaza tapi hanya Hamas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Demonstran pro-Palestina berunjuk rasa memprotes dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dan mengutuk serangan Israel ke Gaza di luar Gedung Putih, Washington DC, Selasa (28/5/2024) waktu setempat. Serangan Israel di Gaza selatan yang menewaskan puluhan warga sipil Palestina mendapat kecaman luas. Pemerintahan Biden mengatakan pada 28 Mei bahwa serangan itu tidak melanggar peringatan Presiden AS Biden terhadap operasi militer besar-besaran di Rafah.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Demonstran pro-Palestina berunjuk rasa memprotes dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dan mengutuk serangan Israel ke Gaza di luar Gedung Putih, Washington DC, Selasa (28/5/2024) waktu setempat. Serangan Israel di Gaza selatan yang menewaskan puluhan warga sipil Palestina mendapat kecaman luas. Pemerintahan Biden mengatakan pada 28 Mei bahwa serangan itu tidak melanggar peringatan Presiden AS Biden terhadap operasi militer besar-besaran di Rafah.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perwakilan Israel di Dewan Keamanan PBB Brett Jonathan Miller mengatakan serangan ke Gaza adalah perang adil dan bermoral Israel dalam memerangi organisasi teroris mematikan dan berniat genosida Hamas. Dua petinggi Hamas tewas dalam serangan tersebut. 

"Perang ini dimulai Hamas menggelar kekejaman paling mengerikan terhadap orang Israel dalam sejarah dan terus berlanjut karena teroris yang sama masih menahan 125 sandera tak bersalah di Gaza sementara melanjutkan tembakan roket ke kota-kota Israel," kata Miller seperti dikutip Aljazirah, Rabu (29/5/2024).

Baca Juga

"Sejak awal Israel sudah sangat jelas perang ini dapat berakhir besok tanpa ada lagi tembakan yang dilepaskan. Yang dibutuhkan hanya Hamas membebaskan semua sandera dan melucuti senjata mereka. Itu syarat kami dan kami tidak meminta lebih," tambahnya.

Ia mengatakan serangan udara Israel ke tenda-tenda pengungsi di Rafah yang memicu kebakaran dan menewaskan 45 orang dilakukan dengan "presisi." Miller mencatat dua petinggi Hamas tewas dalam serangan tersebut. Ia mengatakan perang ini bukan memerangi rakyat Gaza tapi hanya Hamas.

"Di mana kecaman pada Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dan kota-kota sipil sebagai gudang senjata," kata Miller.

Sementara itu profesor kajian keamanan dan militer program pasca-sarjana Doha Institute Omar Ashour mengatakan mengatakan militer Israel kemungkinan besar menghindari menyebutkan nama pasti bom yang digunakan untuk menyerang perkemahan tenda Rafah agar tidak "mempermalukan" pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

Kini diketahui Israel menggunakan bom GBU-39 produksi AS. Ashour mengatakan bom "presisi" GBU-39 "tidak selalu akurat" dan hanya mengenai target sekitar 80 sampai 90 persen dalam satu waktu.

Ashour mengatakan potensi marjin GBU-39 meleset "cukup besar" sehingga menyebabkan banyak korban jiwa sipil di pemukiman padat penduduk di Rafah.

“Sangat mengejutkan bahwa hal ini dibiarkan terus berlanjut sambil mengetahui bahwa akan ada kematian yang signifikan di antara orang-orang yang tidak bersalah”, kata Ashour. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement