REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Indonesia tampaknya harus merelakan dua tradisi emas bulu tangkis di SEA Games harus terputus pada tahun ini. Bahkan tradisi juara umum di bulu tangkis pun terancam juga akan terputus jika Indonesia tidak meraih tiga medali emas di cabang ini.
Tradisi emas bulu tangkis yang pertama terputus adalah tradisi sapu bersih emas yang selalu dilakukan Indonesia setiap 10 tahun sekali. Selama keikutsertaan Indonesia di SEA Games, Indonesia telah melakukan sapu bersih medali emas bulu tangkis di empat kali SEA Games yaitu 1981, 1987, 1997 dan 2007.
Jika dilihat dari angka tahunnya, sejak SEA Games 1987 hingga 2007, Indonesia melakukan sapu bersih medali emas. Dan 10 tahun berikutnya jatuh pada tahun ini. Namun tradisi ini tidak bisa dilanjutkan setelah tim beregu putri kalah di semifinal melawan Malaysia 0-3 dan harus puas meraih medali perunggu.
Tradisi emas kedua yang terputus pada tahun ini yaitu tradisi emas di sektor ganda campuran. Indonesia telah mempertahankan medali emas ganda campuran sejak SEA Games 2005 yang diraih Nova Widianto/Liliyana Natsir.
Setelah itu, medali emas di sektor ini selalu diraih Indonesia hingga SEA Games 2015 lalu oleh Praveen Jordan/Debby Susanto. Namun medali emas ganda campuran di SEA Games 2017 lepas. Pasangan Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja harus kalah di babak pertama karena Edi cedera.
Dan kini pasangan lainnya, Hafiz Faishal/Shella Devi Aulia kalah di babak kedua di tangan pasangan Thailand, Bodin Issara/Savitree Amitrapai dengan 12-21, 15-21, Ahad (27/8). Dengan kekalahan ini, maka wakil Indonesia di ganda campuran habis.
Indonesia juga dipastikan gagal meraih medali di sektor ganda putri setelah dua wakilnya kalah di babak pertama. Sejauh ini, Indonesia baru meraih satu medali emas di tim beregu putra. Indonesia berpeluang meraih medali di sektor ganda putra, tunggal putra dan tunggal putri.