REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Genap lima windu lalu, atlet-atlet Indonesia pertama kali berlaga di pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara dengan titel SEA (Southeast Asian) Games yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia, 19-26 Nopember 1977. Indonesia untuk pertama kalinya diundang pada SE Games IX, yang sebelumnya bernama SEAP (Southeast Asian Peninsular) Games atau pesta olahraga semenanjung Asia Tenggara, dengan pesertanya atlet negara-negara yang ada di semenanjung Asia Tenggara.
Penampilan kali pertama atlet-atlet Indonesia pada SEA Games IX di Kuala Lumpur langsung berjaya. Ini seperti perkataan legendaris dari Julius Caesar, jenderal dan konsul Romawi pada 47 SM, “Veni, vidi, vici” = “Saya datang, saya melihat, saya telah menaklukkan.”
Saat itu, atlet-atlet Indonesia membuat peserta dari negara lain terperangah. Atlet Indonesia mampu merajai beberapa cabang olahraga dan berhasil menyumbangkan medali emas, diantaranya pada cabang renang, bulu tangkis, tinju, panahan, tenis, tenis meja dan balap sepeda.
Di cabang renang, perenang Indonesia kala itu nyaris menyapu bersih medali emas yang tersedia. Dari 27 nomor yang dipertandingkan (termasuk loncat indah dan polo air), 21 medali emas disabet perenang Indonesia. Di kolam renang Bandar Raya Kuala Lumpur 21 kali lagu Indonesia Raya berkumandang.
Saat itu, Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) memprediksi mampu membawa pulang sembilan medali emas dari renang dan dua dari loncat indah. Singapura yang menjadi pesaing Indonesia hanya mampu mengumpulkan 5 medali emas atas nama perenang putri Junie Sng yang saat itu berusia 13 tahun.
Bukan hanya kejutan medali emas yang diperlihatkan perenang Indonesia, tetapi juga mampu menumbangkan tiga rekor renang Asian Games dan dan memperbarui 16 rekor renang SEAP Games. Saat itu, perenang Indonesia Kristiono Sumono yang masih berusia 19 tahun mampu menjadi raja kolam renang Asia Tenggara dengan menorehkan prestasi menumbangkan tiga rekor renang Asian Games pada nomor 200 m gaya bebas, 400 m dan 1.500 m gaya bebas.
Kristiono Sumono menumbangkan rekor perenang Jepang Iwasaki pada nomor 200 m gaya bebas dari 2:00,1 detik menjadi 1:58,84 detik. Kemudian pada nomor 400 m dan 1.500 m gaya bebas, ia menumbangkan rekor Asian Games atas nama Cho Oh Yun dari Korea Selatan dengan waktu 4: 14,98 detik (rekor lama 4:17,93 detik) dan 16:48,57 detik (rekor lama 17: 18,7 detik).
Tim renang Indonesia pada SEA Games IX di Kuala Lumpur selain diperkuat Kristiono Sumono juga diperkuat perenang kakak-adik Gerald Item, Robert Item, John Item dan perenang putri Maulinawaty Haryono, Anita Saparjiman, dan Naniek Suwaji. Nanik Suwadji (Nanik Surjaatmaja) adalah bintang renang putri Indonesia saat itu.
Di cabang renang putra hanya satu medali emas yang lepas, perenang Indonesia Kun Hantyo menjelang finish disalip perenang Filipina. Pada cabang renang putri, srikandi renang Indonesia walau tidak mampu mendominasi seluruh nomor pertandingan, tetap mampu menunjukkan keunggulannya saat harus bersaing dengan ratu renang Singapura, Junie Sng.
Kemudian dari cabang tinju, dari 11 petinju yang diturunkan pada SEA Games IX, atlet Indonesia mampu memboyong lima medali emas. Medali emas tersebut diraih dari petinju Johny Riberu, Syamsul Anwar, Wiem Gomies, Benny Maniani dan Krismanto di kelas berat.
Legenda tinju Indonesia, Syamsul Anwar Harahap, yang turun di kelas Welter Ringan pada partai final melawan petinju Malaysia Koh Chan Lee mampu mencatat kemenangan tercepat. Syamsul Anwar yang waktu itu masih berusia 25 tahun mampu memukul KO petinju tuan rumah pada menit pertama ronde pertama. Kepalan tinju Syamsul Anwar mendarat telak di ulu hati lawan.
Dominasi Indonesia paling terasa pada cabang bulu tangkis, tenis, dan tenis meja. Prestasi Indonesia di cabang bulu tangkis memang sudah mendunia, pada Sea Games di Kuala Lumpur hanya kehilangan satu medali emas tunggal putri yang diraih atlet tuan rumah Sylvia Ng. Tim bulutangkis Indonesia mampu mempersembahkan 6 emas, 2 perak, 1 perunggu.
Menulis nama-nama atlet Indonesia yang juga meraih medali emas saat itu, di antaranya pada cabang pada bola voli putra. Gugi Gustaman dan kawan-kawan mampu menaklukan Burma sang penguasa cabang bola voli indoor Asia Tenggara saat itu.
Pada cabang panahan ada atlet legenda Indonesia yang kerap disebut Robin Hood Indonesia, yaitu Donald Pandiangan dan ada Leanne Suminar. Cabang panahan juga nyaris menyapu bersih medali emas tersedia.
Kemudian di cabang menembak, petembak Lely Sampurno mampu bersaing dengan petembak Thailand. Pada cabang tenis lapangan ada petenis putra Atet Wiyono, Yustedjo Tarik dan Hadiman, pada tenis putri ada Yolanda Soemarno, dan Lita Sugiarto. Atlet tenis Indonesia mampu mematahkan dominasi atlet tenis Thailand kala itu Pharadorn Srichapharn dan Tamarine Tanasugarn.
Di cabang tenis meja Indonesia mengandalkan atlet seperti Empie Wuisan, Faisal Rachman, dan Diana Tejasukmana. Juga di cabang judo atlet Indonesia yang diperkuat Prakarsa bersaudara, Raymond Rochili dan lainnya mampu menyumbangkan medali emas.
Cabang lain yang patut mendapat acungan jempol tim balap sepeda Indonesia yang berhasil membawa pulang tiga medali yang diraih Sutiyono (100 km Team Time Trial, 4.000 m Individual Pursuit, dan 4.000 m Time Trial). Saat itu atlet balap sepeda Sutiyono dijuluki “raja tanjakan.” Satu medali emas pun lepas dari cabang balap sepeda dari nomor Team Road Race 186 km setelah Sutiyono diserang demam selepas mengikuti pertandingan yang disiram hujan di stadion atletik Kelang.
Pada SEA Games yang pertama kali diikuti, Indonesia berhasil keluar sebagai juara umum dengan menjadi negara peraih medali terbanyak. Indonesia waktu itu mampu mengumpulkan 62 medali emas,diikuti Thailand diperingkat kedua dengan 37 medali emas dan Filipina meraih 31 medali emas.
SEA Games 1977 di Kuala Lumpur merupakan momen patut dikenang bagi dunia olahraga Indonesia. Sebagai pendatang baru, saat itu tidak banyak yang bisa menebak prestasi olahraga Indonesia di Asia Tenggara yang sebelumnya didominasi Thailand dan Burma (Myanmar). Indonesia saat itu sangat digdaya, banyak penonton yang mulai hafal lirik lagu Indonesia Raya yang berkumandang saat pengalungan medali emas kepada atlet Indonesia.
Selain kenangan manis dan ukiran prestasi, gelar juara umum Indonesia pada SEA Games IX di Kuala Lumpur tersebut tanpa disertai medali emas pada cabang sepakbola. Pada cabang sepakbola pertandingan berlangsung ricuh saat tim nasional Indonesia yang kala itu diperkuat Iswadi Idris dan kawan-kawan melawan Thailand pada babak semifinal.
Pada menit 60, wasit Othman Omar memutuskan menghentikan pertandingan dengan alasan keamanannya terganggu oleh pemain Indonesia. Pada dinihari setelah mendengar laporan Othman Omar panitia mengelurkan keputusan: Andi Lala tidak dibenarkan mengikuti pertandingan lanjutan (Indonesia-Burma), dan tim Indonesia dinyatakan kalah 5 - 0 dari Thailand dan dianggap menjadi penyebab kerusuhan.
Untuk pertandingan memperebutkan medali perunggu melawan Burma tim nasional Indonesia menolak menjalani pertandingan dan medali perunggu cabang sepakbola menjadi milik Burma.
Daftar Perolehan Medali Sea Games IX 1977 di Kuala Lumpur, Malaysia
Peringkat Negara Emas Perak Perunggu Total
1 Indonesia 62 41 34 137
2 Thailand 37 35 33 105
3 Filipina 31 30 30 91
4 Burma/Myanmar 25 42 43 110
5 Malaysia 21 17 21 59
6 Singapura 14 21 28 63
7 Brunei 0 0 3 3