REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Lagu Indonesia Raya berkumandang di Rizal Memorial Stadium, Manila, Filipina, 4 Desember 1991. Masyarakat Indonesia dari sabang sampai merauke bersuka cita dengan keberhasilan timnas sepak bola Indonesia menjuarai SEA Games.
Momen itu belum bisa terulang. Sudah 22 tahun, sepak bola Indonesia tak lagi mampu menginjak podium tertinggi di pesta olah raga dua tahunan negara se-Asia Tenggara ini.
Kini, harapan seluruh masyarakat Tanah Air untuk mengulang sejarah ada di pundak Andik Vermansah dkk. Meski sempat terseok-seok di penyisihan Grup B, timnas U-23 berhasil melangkah ke semifinal untuk melawan Malaysia, Kamis (19/12).
Namun tak bisa dimungkiri, ada cukup banyak masyarakat yang meragukan langkah Garuda Muda setelah melihat banyaknya hasil tak memuaskan dalam sejumlah laga uji coba. Kritikan pun berdatangan ketika anak-anak asuh Rahmad Darmawan menuai kekalahan telak 1-4 atas Thailand pada laga kedua Grup B.
Eddy Harto, mantan kiper timnas di SEA Games 1991 mengisahkan, apa yang dialami timnas U-23 saat ini sama dengan yang dirasakan timnya 22 tahun lalu. Dulu, masyarakat Indonesia juga meragukan langkah timnas yang kala itu diarsiteki Anatoli Polosin.
"Sejak awal keberangkatan, kami dihadapkan dengan rasa pesimistis dari masyarakat bahwa kami tidak mungkin bisa merebut emas SEA Games 1991," kata Eddy ketika bercerita kepada Republika di Naypyitaw.
Meski begitu, Eddy ersama rekan-rekannya sama sekali tak terganggu dengan sikap pesimistis para suporter. "Itu justru jadi cambuk buat kami," tambah pria yang kini menjadi pelatih kiper timnas U-23.
Hasilnya pun diluar dugaan. Timnas yang kala itu dikapteni Ferril Raymond Hattu secara perkasa keluar sebagai juara Grup B dengan mengalahkan Malaysia (2-0), Vietnam (1-0) dan Filipina (2-1).