Kamis 30 May 2024 20:49 WIB

Kabar Tanah Suci: Petugas Haji Calon Doktor Layani Jamaah di Bawah Terik Matahari

Petugas haji harus fokus melayani jamaah.

Suasana Jabal Rumat atau Bukit Pemanah di Madinah, Selasa (28/5/2024). Jabal Rumat atau Bukit Pemanah saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi jamaah umroh dan haji. Bukit ini merupakan saksi peperangan maha dahsyat antara 700 kaum Muslimin yang dipimpin Rasulullah melawan 3.000 pasukan Kafir Quraisy yang dikomandoi Khalid bin Walid.
Foto: Karta/Republika
Suasana Jabal Rumat atau Bukit Pemanah di Madinah, Selasa (28/5/2024). Jabal Rumat atau Bukit Pemanah saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi jamaah umroh dan haji. Bukit ini merupakan saksi peperangan maha dahsyat antara 700 kaum Muslimin yang dipimpin Rasulullah melawan 3.000 pasukan Kafir Quraisy yang dikomandoi Khalid bin Walid.

Oleh Muhyiddin dari Makkah Arab Saudi

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Embusan angin terasa menyengat wajah ketika saya baru keluar dari Gedung Daker Makkah yang berada di wilayah Syisyah. Pada Rabu (29/5/2024) siang itu, suhu cuaca di kota Makkah Al Mukarramah sudah berada di angkat 43° celsius. 

Tak jauh dari lokasi Kantor Daker Makkah, seorang petugas haji bertopi gunung tampak berdiri di pinggir jalan sembari mengarahkan jamaah haji Indonesia yang akan beribadah ke Masjidil Haram.    

Tepat pada pukul 14.00 WIB, Bus Sholawat warna kuning berhenti di depan hotel Alkhulafa Silver Syisyah 3. Lalu, petugas itu pun langsung menuntun jamaah untuk naik ke bus sholawat nomor 3 itu. Para jamaah yang naik ke bus itu berencana untuk melaksanakan sholat Ashar di Masjidil Haram.

Selama berjaga di situ, ia hampir tidak bisa bertuduh dan beristirahat. Karena, bus sholawat terus berdatangan. Saat bertugas, ia hanya bisa duduk sesekali di sebuah kursi kecil yang disiapkan di dekat jalan. Lalu, bus lainnya datang lagi.

Petugas itu bernama Ibrahim Anas (28 tahun). Tugasnya adalah mengarahkan jamaah dan memberhentikan bus sholawat yang melewati pos yang dijaganya, yaitu Pos 2. 

"Tugas saya ngatur naik turunnya jamaah. Karena, kadang jamaah itu lupa turunnya. Setelah bongkaran (jamaah turun), saya naik ke bus untuk mengingatkan," ujar Ibrahim. 

Saat saya berbincang dengannya, tiba-tiba Bus Sholawat lainnya datang lagi. Perbincangan kami pun terputus. Setelah melayani jamaah yang akan naik ke bus itu, baru kami melanjutkan obrolan lagi.  

Dia menjelaskan, bus sholawat banyak melewati posnya karena jumlah jamaah haji Indonesia yang berada di wilayah Syisyah ada sekitar 60 ribu. Di posnya ini, ia selalu mengingatkan kepada jamaah yang menginap di hotel 207, 208 dan 208. 

"Itu harus dipastikan, karena kalau kebablasan, jamaah nanti akan susah pulangnya," ucap Ibrahim. 

Jika ingin naik bus sholawat, dia pun mengingatkan kepada jamaah haji Indonesia untuk selalu mengingat nomor rute. Karena, rute bus sholawat di Makkah ini melayani 22 rute.

"Kedua, jangan lupa haltenya atau nomor hotelnya. Kemudian, kalau ragu jangan sungkan nanya petugas," kata Ibrahim. 

Selama menjalankan tugas dari pukul 13.00 sampai 00.00 Waktu Arab Saudi (WAS), Ibrahim hanya bisa istirahat ketika waktu sholat tiba. Karena, ketika masuk waktu sholat, kata dia, bus sholawat akan berhenti beroperasi. 

Ibrahim menambahkan, biasanya jamaah haji mulai banyak yang berdatangan setelah selesai waktu Subuh dan Isya. Sedangkan, jamaah yang paling banyak untuk naik bus sholawat biasanya pada waktu sebelum Subuh dan Maghrib. 

"Kalau ini paling banyak itu pada bongkaran setelah Subuh dan bongkaran Isya. Kalau naiknya banyak sebelum Subuh dan sebelum Maghrib," jelas Ibrahim. 

Ibrahim merupakan salah satu petugas haji yang direkrut dari mukimin di Arab Saudi. Ia saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di Jurusan Hukum Mitigasi, Islamic University of Madinah. 

"Sekarang lagi S3 di sana, baru tahun pertama. Pendidikan S1 dan S2 saya juga di sana," ujar mahasiswa kelahiran Pekanbaru ini. 

Ia sudah tinggal di Madinah sejak 2015 lalu. Alumnus Pondok Pesantren Imam Bukhari Solo ini bisa ke Madinah karena mendapatkan beasiswa. Di sela-sela pendidikannya, ia pun bekerja sebagau tenaga musiman. Pada 2018 lalu, ia juga sudah pernah menjadi petugas haji di bidang layanan akomodasi. 

"Dulu saya juga menjadi tenaga musiman seperti ini. Saya di bagian akomodasi, dan sekarang di bagian transportasi," ujar Ibrahim. 

Ia menjadi petugas haji karena ingin berkontribusi  kepada Indonesia. Setelah mendapatkan gelar doktor, dia juga berharap bisa membantu warga Indonesia yang berada di Arab Saudi. 

"Setelah doktor saya berencana berkecimpung di dunia profesional. Rencananya sih ingin membantu di KJRI atau KBRI. Karena sesuai keilmuan saya sepertinya lebih bermanfaat membantu warga Indonesia di sini," ucap dia. 

Namun, pada suatu saat ini, Ibrahim juga ingin mengabdikan ilmunya di Indonesia dengan mengajar di salah satu kampus yang ada di Tanah Air. "Nanti saya juga ingin menjadi dosen di Tanah Air. Jadi berbagi ilmu dengan masyarakat Indonesia. Kita harus kembali ke nagara," kata Ibrahim. 

Tidak jauh dari lokasi Ibrahim bertugas, ada juga petugas haji lainnya yang rela berpanas-panasan demi melayani jamaah haji Indonesia. Petugas itu tampak sibik naik turun dari bus sholawat yang lewat. Di seragamnya, tercantum sebuah nama, Wawan Ridwan. 

Wawan, panggilan akrabnya, juga bertugas di bidang layanan transportasi. Sama seperti Ibrahim, ia juga mendapatkan tugas shift mulai dari pukul 13.00-00.00 WAS. Setengah harian ia sibuk melayani jamaah haji di bawah terik matahari. 

Dia menjelaskan, di wilayah Syisyah ada enam rute Bus Sholawat dan yang paling padat jamaah adalah rute 3, tempatnya bertugas. Jika ada bus sholawat lewat, maka ia akan memastikan ke atas bus agar jamaah tidak salah turun.  

"Alhamdulillah setelah diadakan seperti itu kita bisa meminimalisir jamaah yang tersesat," ujar Wawan. 

Selain memberikan informasi kepada jamaah, ia juga bertugas mengondisikan Bus Sholawat agar sebarannya merata. 'Misalnya, ketika beberapa bus datang bersamaan dan ada yang kosong, maka ia akan mengarahkan sopir untuk lanjut jalan. 

"Lalu kami oper ke halte lain yang penumpangnya sedang menumpuk,'' ucap dia. 

Selain itu, Wawan juga diwajibkan mencatat nomor lambung bus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa kali bus itu sudah melintasi halte tersebut.  

Ia sudah sepekan bertugas mengarahkan jamaah yang ingin naik Bus Sholawat ke Masjidil Haram. Pada hari pertama bertugas, ia pun merasa belum terbiasa dengan panasnya cuaca di Makkah. Tapi, lama-lama kemudian ia mengaku sudah terbiasa. 

"Intinya saya hanya ingin melayani tamu Allah. Pertama terasa menyengat, tapi hari kedua sudah mendingan," kata pria asal Majalengka ini. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement