REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Retantyo Wardoyo menyatakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dapat menjadi solusi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga meningkatkan akurasi dan kualitas layanan kesehatan.
"Penerapan AI telah berkembang sangat pesat dan telah merevolusi berbagai bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan," ujar Retantyo dalam keterangannya di Yogyakarta, Kamis (30/5/2024).
Lewat analisis yang menyeluruh, kata dia, AI dapat memberikan dukungan kesehatan mental yang personal dan terfokus.
"Hal ini termasuk pengenalan pola perilaku dan perubahan mood sehingga memungkinkan intervensi yang lebih tepat dan akurat," ujar Guru Besar UGM Bidang Algoritma dan Komputasi ini.
Dia mengemukakan contoh lain dalam pemanfaatan AI di bidang kesehatan adalah untuk membantu menyelesaikan permasalahan pada keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh dokter jaga di unit gawat darurat (UGD) pada rumah sakit untuk menangani kasus strok hemoragik.
"Stroke hemoragik ini memiliki golden time periode kritis di mana intervensi cepat dan tepat bisa menghindari cacat permanen dan mengurangi risiko kematian," kata dia.
Untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan tersebut, kata dia, digunakan algoritma tertentu yang menganalisis data rekam medis pasien, sehingga membantu dokter umum dalam mengambil keputusan yang lebih akurat dan cepat dalam situasi kritis.
Dia menjelaskan AI merupakan salah satu cabang ilmu yang baru dikembangkan pada pertengahan abad 20, yaitu saat Perang Dunia II dan merupakan terobosan dalam Ilmu Komputer.
AI mengacu pada simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir dan belajar seperti manusia. "Mesin ini dirancang untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti persepsi visual, pengenalan suara, pengambilan keputusan, hingga terjemahan bahasa," ujar Retantyo.