REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO — Pemerintah Indonesia memiliki ambisi mengurangi sampah hingga 30 persen. Masalah sampah namun tidak bisa diselesaikan sepihak.
Perlu upaya kerja sama dan kolaborasi untuk mengatasi sampah. Swasta juga merupakan salah satu pihak yang ditarget untuk mengatasi sampah pascakonsumsi produknya.
Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) seperti Aqua pun harus berinovasi mengolah sampah produknya supaya tidak berakhir begitu saja di tempat pengolahan akhir. Sustainable Packaging Circularity Senior Manager Aqua, Jeffri Ricardo, mengatakan perusahaannya dikenai kewajiban menarik kembali sampah kemasan melalui aturan Extendend Producer Responsibility.
“Aqua harus investasi, bekerja dengan mitra mengumpulkan sampah,” katanya, Jumat (31/5/2024).
Aqua telah mengembangkan enam unit bisnis daur ulang (RBU) dan 10 collection center sampah. Kemudian melakukan pendampingan kepada 26 Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse- Recycle (TPS3R) dan 2 TPST serta lebih dari 60 unit bank sampah, termasuk di kawasan destinasi wisata prioritas Candi Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, Mandalika dan Likupang.
Republika berkesempatan mengunjungi RBU di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Di sini tiap bulannya 20 ton sampah dikumpulkan dan dipilah.
Di Labuan Bajo upaya untuk mencapai itu dilakukan Aqua bersama sekelompok anak muda bernama Kole Project. CEO Kole Project Apolinaris Dwi Putra Hawan mengatakan, di 2019 ketika proyek bersama dimulai sampah yang dikelola 100 persen diambil dari TPA.
“Sekarang 70 persen sudah diperoleh sampahnya dari pengumpulan di masyarakat. Dan sudah ada 200 titik pengumpulan sampah untuk RBU di Labuan Bajo,” kata Putra.
Sementara pekerja RBU diambil dari warga sekitar dan dibayar per kilogram sampah yang dipilahnya. Putra mengatakan sebagian besar pekerja RBU adalah perempuan yaitu kaum ibu yang tinggal di dekat RBU.
Kole Project melakukan pengumpulan sampah secara jemput bola. Selain membuka titik pengumpulan, Kole menggandeng sejumlah hotel, mengambil sampah dari event besar seperti ketika KTT terakhir di Bajo, termasuk rutin dari tempat ibadah gereja.
Jeffri mengatakan, pola pengelolaan sampah di tiap tempat tidak bisa dipatok sama. Karena itu Aqua tidak menargetkan kenaikan jumlah RBU atau bank sampah atau tempat pengelolaan sampah lainnya.
“Kami targetkan kenaikan jumlah sampah plastik yang bisa dikumpulkan,” ujar Jeffri. Saat ini di seluruh Indonesia, Aqua sudah mengumpulkan dan mengelola 22 ribu ton sampah per tahun.
Kolaborasi sampah lainnya…