Jumat 31 May 2024 16:43 WIB

Anggota Komisi VII DPR: Target Lifting Minyak APBN 2024 Perlu Direvisi

Target lifting minyak dalam APBN 2024 sebesar 635 ribu barel minyak per hari.

Sepanjang tahun buku 2022, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina catatkan kinerja positif dalam operasional produksi minyak bumi sebesar 61.325 barel minyak per hari (BOPD) atau setara 118 persen dari target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan capaian lifting minyak mencapai 61.533 BOPD.
Foto: Pertamina
Sepanjang tahun buku 2022, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina catatkan kinerja positif dalam operasional produksi minyak bumi sebesar 61.325 barel minyak per hari (BOPD) atau setara 118 persen dari target yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan capaian lifting minyak mencapai 61.533 BOPD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR Dyah Roro Esti menilai target produksi siap jual atau lifting minyak bumi, yang ditetapkan dalam APBN 2024 sebesar 635 ribu barel minyak per hari, perlu direvisi.

Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (31/5/2024), ​​​​​​​saat ini, progres lifting minyak bumi telah mengalami tren penurunan.

Baca Juga

"Hal ini dapat tercermin dari realisasi sampai hari ini yang berada kisaran 567,65 ribu barel minyak per hari, sementara target capaian lifting minyak bumi dalam APBN 2024 ialah di kisaran 635 ribu barel minyak per hari, artinya baru tercapai 89,4 persen dari target," katanya saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Dirjen Migas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Dengan demikian, Roro Esti mengatakan, target lifting minyak dalam APBN 2024 sebesar 635 ribu barel minyak per hari tersebut menjadi kurang realistis dan bakal sulit tercapai hingga akhir tahun ini.

Ia pun menekankan perlunya evaluasi ulang terkait target lifting minyak APBN 2024 yang sudah dicanangkan tersebut, agar benar-benar dapat terealisasikan pada akhir tahun 2024.

"Kami berharap sektor energi ini betul-betul memetakan bagaimana kita ke depannya harus mulai untuk men-diversify energy portofolio kita. Apakah kemudian ini merupakan peluang tersendiri untuk kita mengeksplor energi-energi alternatif terlebih adanya target Indonesia Emas Tahun 2045, dengan mengoptimalkan bonus demografi yang beriringan dengan permintaan energi yang semakin meningkat," ungkapnya.

Roro Esti juga berharap terdapat peluang baru dalam mengeksplorasi energi alternatif atau energi baru dan terbarukan (EBT), sehingga dapat berpotensi menjadi kontributor serta penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa depan.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement