Jumat 31 May 2024 23:31 WIB

Ada Konten Seksual di Buku Sastra Masuk Kurikulum, Ini Penjelasan Tim Kurator

Menurutnya, dalam membaca karya sastra, perlu pemahaman secara utuh.

Red: Ani Nursalikah
Pengunjung mengamati koleksi buku di Toko Buku Gunung Agung, Jakarta, Senin (22/5/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati koleksi buku di Toko Buku Gunung Agung, Jakarta, Senin (22/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sastrawan sekaligus Anggota Tim Kurator Sastra Masuk Kurikulum, Okky Madasari memastikan pilihan buku sastra yang akan digunakan sebagai bahan ajar telah menyesuaikan dan mematuhi kriteria Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

"Pemilihan buku untuk setiap jenjang itu selalu patuh pada indikator untuk memenuhi kriteria P5, itu berlaku di setiap jenjang, baik SD, SMP, maupun SMA, dan ketika diterapkan, tentu caranya akan lain, pemenuhannya akan berbeda di setiap jenjang," ujar Okky dalam temu media bersama Kemendikbudristek di Jakarta, Jumat (31/5/2024).

Baca Juga

Okky menyampaikan hal tersebut merespons beberapa buku rekomendasi yang ramai dipersoalkan oleh berbagai pihak, salah satunya karena mengandung konten-konten seksual. Menurutnya, konten-konten tersebut perlu dibaca secara utuh, karena jika dibaca hanya per baris atau kalimat, tidak bisa mewakili makna buku secara keseluruhan.

"Ketika ada satu buku, misalnya ada yang mempersoalkan karya-karya Saras Dewi, itu kan cara seorang penyair untuk menganalogikan bahwa alam itu kekasih kita, jadi dia memeluk teluk seperti memeluk tubuh seseorang, itu sebuah buku yang berbicara tentang ekologi, lingkungan," katanya.