Sabtu 01 Jun 2024 19:49 WIB

Jabal Rumat, Saksi Gugurnya Hamzah Paman Tercinta Nabi Muhammad

Jabal Rumat menjadi saksi menetesnya darah dan air mata Nabi Muhammad 

Suasana Jabal Rumat atau Bukit Pemanah di Madinah, Selasa (28/5/2024). Jabal Rumat atau Bukit Pemanah saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi jamaah umroh dan haji. Bukit ini merupakan saksi peperangan maha dahsyat antara 700 kaum Muslimin yang dipimpin Rasulullah melawan 3.000 pasukan Kafir Quraisy yang dikomandoi Khalid bin Walid.
Foto: Karta/Republika
Suasana Jabal Rumat atau Bukit Pemanah di Madinah, Selasa (28/5/2024). Jabal Rumat atau Bukit Pemanah saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi jamaah umroh dan haji. Bukit ini merupakan saksi peperangan maha dahsyat antara 700 kaum Muslimin yang dipimpin Rasulullah melawan 3.000 pasukan Kafir Quraisy yang dikomandoi Khalid bin Walid.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Karta Raharja Ucu dari Madinah, Arab Saudi

Air mata Rasulullah menetes bercampur dengan darah yang keluar dari pipi beliau saat mengetahui paman tercintanya, Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib gugur menjadi syuhada di Perang Uhud. Jabal Rumat yang seharusnya menjadi benteng kemenangan menjadi saksi tumpahnya darah dan air mata Rasulullah.

Baca Juga

Pasukan Muslimin luluhlantak dalam Perang Uhud. Sebanyak 70 sahabat wafat sebagai syuhada, termasuk Sayyidina Hamzah. Jabal Rumat atau dikenal sebagai bukit pemanah adalah salah satu makhluk Allah yang menjadi saksi pertempuran maha dahsyat antara kaum Muslimin dengan pasukan Kafir Quraisy yang dikomandoi Abu Sufyan dan Khalid Bin Walid --ketika itu Khalid masih belum masuk Islam--. 

Jabal Rumat adalah bukit kecil yang terpisah dari rangkaian Jabal Uhud yang berada di Kota Madinah Al Munawwarah. Di kawasan itu pada tahun 3 hijriyah terjadi peperangan antara kebenaran dan kebatilan yang disebut Perang Uhud. 

Pasukan Kafir Quraisy datang dengan persiapan matang untuk menebus kekalahan di Perang Badr. Mereka membawa 3.000 pasukan sementara pasukan Muslimin hanya berjumlah 700 orang, di mana 50 pasukan ditempatkan di Jabal Rumat.

Pembimbing Haji PPIH Arab Saudi, Prof KH Aswadi Syuhadak yang mendampingi tim Media Center Haji (MCH) berziarah ke makam syuhada Uhud merawikan, ketika Perang Uhud ada banyak kelompok yang ikut perang. Termasuk kelompok yang mempengaruhi agar jangan ikut dalam perang yang terjadi pagi hari tersebut.

"Sampai 300 orang mundur dari bergabung. Namun tidak semua mundur. Baginda rasul menempatkan sahabat yang ahli memanah di posisi teratas (Jabal Rumat). Kafir Qurais awalnya kalah," kata Kiai Aswadi.

Sejatinya, saat peperangan berlangsung, pasukan Muslimin yang dipimpin Rasulullah sudah di atas angin. Namun pasukan Quraisy yang sempat kocar-kacir di kancah peperangan, berhasil memukul balik lantaran pasukan pemanah di Jabal Rumat turun setelah melihat dan mengira pasukan Quraisy kalah. 

Sebagian besar pasukan Muslimin meninggalkan posnya di Jabal Rumat karena tergiur barang-barang kaum musyrikin yang sebelumnya sempat melarikan diri. 

"Mereka meninggalkan perbekalan. Umat Islam terkecoh, turun mengambil perbekalan itu (ghanimah, rampasan perang)," ujar dia. 

Nyatanya, Khalid bin Walid yang memimpin pasukan Quraisy bukan panglima sembarangan. Khalid punya reputasi sebagai panglima yang tak tersentuh kekalahan. Saat itu pasukan Quraisy berhasil memanfaatkan celah keteledoran pasukan pemanah sehingga berhasil memukul balik.

Petaka pun terjadi saat pasukan pemanah meninggalkan posnya di Jabal Rumat. Sebagian pasukan Quraisy yang awalnya lari tunggang langgang ternyata memutari Jabal Rumat dan menyerbu dari arah yang berbeda. Pasukan Muslimin pun terkepung.

 "Kemudian Khalid bin Walid mengambil alih posisi yang semula ditempati umat Islam. Di sinilah kemudian ada kaum Aus (Anshar) merasa kehilangan strategi dan merasa kalah. Baginda Rasul mengingatkan bahwa orang yang beriman akan ditolong para Malaikat," ujar Kiai Aswadi.

Kemenangan Muslimin yang sudah di depan mata berbalik menjadi kisah pilu. Akibat serangan balik tersebut, 70 sahabat gugur sebagai syuhada. Termasuk paman tercinta Rasulullah, Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib yang syahid dibunuh Wahsyi Alhabsyi, seorang budak yang diperintahkan istri Abu Sofyan, Hindun binti Utbah. 

Dendam kesumat Hindun kepada Hamzah yang membunuh ayahnya di perang badr, membuatnya berbuat keji. Hindun merobek dada Hamzah lalu memakan jantungnya.

Kematian Sayyidina Hamzah membuat air mata Rasulullah tumpah. Tak hanya air mata, akibat lemparan batu Rasulullah terluka. Dua gigi beliau tanggal, wajahnya pecah-pecah, bibirnya luka parah, dan dua buah kepingan rantai topi besi yang melindungi wajah beliau menembus pipinya. 

Hamzah pun dimakamkan bersama 70 syuhada lainnya di Pemakaman Syuhada Uhud. "Di makam syuhada salah satunya Hamzah sebagai paman nabi. Nabi sangat bersedih. Allah mengingatkan lewat akhir ayat An Nahl agar Nabi tidak bersedih," katanya. 

Saat ini Jabal Rumat yang berwarna merah kecokelatan menjadi tujuan favorit jamaah umroh dan haji. Bahkan, banyak jamaah yang mendaki bukit yang tingginya tak lebih dari 500 meter tersebut. 

"Bukit ini dulu lebih tinggi tapi sekarang sudah dipangkas karena banyak jamaah yang ingin naik ke puncaknya," kata Kurdi salah seorang mukimin yang mengantarkan kami berkeliling Kota Madinah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement