Sabtu 01 Jun 2024 20:44 WIB

Mengancam Habitat Beruang Kutub di Arktik  

Beruang kutub menghadapi risiko kepunahan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Setelah menghabiskan tiga hari mencari beruang kutub melalui kabut tebal di ujung utara kepulauan Svalbard Norwegia, Nima Sarikhami bertemu dengan dua beruang kutub jantan dan mengawasi mereka selama delapan jam. Tepat sebelum tengah malam, pemuda jantan itu memanjat ke atas gunung es kecil dan menggunakan cakarnya yang kuat, mencakar gunung es itu untuk membuat tempat tidur untuk dirinya sendiri sebelum tertidur.
Foto: Nima Sarikhami
Setelah menghabiskan tiga hari mencari beruang kutub melalui kabut tebal di ujung utara kepulauan Svalbard Norwegia, Nima Sarikhami bertemu dengan dua beruang kutub jantan dan mengawasi mereka selama delapan jam. Tepat sebelum tengah malam, pemuda jantan itu memanjat ke atas gunung es kecil dan menggunakan cakarnya yang kuat, mencakar gunung es itu untuk membuat tempat tidur untuk dirinya sendiri sebelum tertidur.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Beruang kutub menghadapi risiko kepunahan karena mereka tidak mampu beradaptasi dengan musim panas yang lebih panjang di Kutub Utara (Arktik). Risiko ini diungkap dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

Beruang kutub yang menghuni wilayah Arktik seperti Kanada, Alaska, Rusia, Greenland, dan Norwegia, menghabiskan sebagian besar hidupnya di es laut. Lingkungan itu sangat penting untuk berburu, beristirahat, berkembang biak, dan membesarkan anak-anak mereka. Namun saat musim panas, hewan ikonik ini harus hidup di daratan minim es dalam waktu yang lama, sehingga meningkatkan risiko kelaparan.

Baca Juga

Para peneliti mengamati 20 beruang kutub selama tiga pekan di musim panas, mendokumentasikan upaya mereka untuk menghemat cadangan energi dengan cara beristirahat dan mencari makan. Terlepas dari upaya mereka, mayoritas beruang kutub mengalami penurunan berat badan yang drastis, dengan rata-rata penurunan berat badan sekitar 2,2 kilogram per hari.

Sama seperti di Amerika Serikat, musim panas di Kutub Utara berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus. Namun, studi iklim memproyeksikan bahwa pemanasan global membuat musim panas menjadi lebih panas dan bertambah lama setiap tahunnya.

Ada spekulasi bahwa beruang kutub mungkin bisa menyesuaikan diri dengan musim tanpa es yang lebih lama dengan mengadopsi kebiasaan baru, baik dengan lebih banyak beristirahat atau mengonsumsi makanan terestrial. Namun penelitian ini menemukan bahwa beruang kutub yang menggunakan kedua strategi tersebut tidak bisa beradaptasi dengan baik.

“Tidak ada strategi yang memungkinkan beruang kutub untuk hidup di daratan lebih dari jangka waktu tertentu. Bahkan beruang yang sedang mencari makan kehilangan berat badan pada tingkat yang sama dengan beruang yang berbaring,” kata penulis studi dan direktur Washington State University Bear Center, Dr Charles Robbins seperti dilansir study Finds, Sabtu (1/6/2024).

Untuk mendapatkan wawasan tentang penggunaan energi dan perilaku beruang kutub saat berada di daratan, para peneliti melengkapi mereka dengan kalung yang ada kamera video dan GPS. Alat ini melacak aktivitas mereka di wilayah Teluk Hudson bagian barat Manitoba selama musim panas, saat mangsa anjing laut yang mereka sukai tidak dapat dijangkau.

“Kami menemukan keragaman perilaku beruang yang nyata, dan sebagai hasilnya, kami melihat beragam pengeluaran energi,” kata Dr Anthony Pagano, penulis utama studi ini dan ahli biologi margasatwa dari U.S. Geological Survey Polar Bear Research Program.

Ia mencatat bahwa sementara banyak beruang kutub jantan dewasa menghemat energi dengan berbaring, beruang kutub jantan lainnya secara aktif mencari makanan, mengonsumsi makanan seperti bangkai burung dan rusa kutub, serta buah beri, rumput laut, dan rerumputan.

Penelitian ini dilakukan di Teluk Hudson bagian barat - di mana pemanasan iklim diyakini mempengaruhi beruang kutub.

Sumber:

https://studyfinds.org/summer-the-end-polar-bears/

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement