Ahad 02 Jun 2024 06:01 WIB

Inilah Esensi Kurban, Ibadah Khas Idul Adha

Kurban telah dicontohkan bahkan sejak zaman Nabi Ibrahim AS atau bahkan sebelumnya.

Inilah Esensi Kurban, Ibadah Khas Idul Adha. Foto - Pedagang memberi makan sapi di kawasan Karet Tengsin, Jakarta, (29/5/2024).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Inilah Esensi Kurban, Ibadah Khas Idul Adha. Foto - Pedagang memberi makan sapi di kawasan Karet Tengsin, Jakarta, (29/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar dua pekan lagi, umat Islam akan menyambut Idul Adha 1445 Hijriyah. Kurban menjadi ibadah yang lekat dengan hari raya tersebut, di samping ibadah haji di Tanah Suci.

Dalam surah al-Kautsar, Allah SWT memerintahkan orang beriman untuk berkurban. Ibadah kurban berarti menyembelih hewan kurban dengan menyebut asma Allah Ta’ala. Adapun daging kurban itu dibagi-bagikan kepada fakir miskin serta orang-orang yang membutuhkan. Pengamal ibadah tersebut tidak mengharapkan selain ridha Illahi.

Baca Juga

Menurut ajaran Islam, kurban telah dicontohkan bahkan sejak zaman sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Adalah Nabi Ibrahim AS yang memberikan teladan tentang bagaimana kurban harus dilakukan. Ketika Allah memerintahkannya untuk menyembelih putranya, Ismail AS, maka perintah itu dilakukan sepenuh hati. Kerelaan beliau sudah teruji. Begitu pun dengan Nabi Ismail.

Allah pun berkehendak, Ismail yang akan disembelih, terganti tiba-tiba dengan seekor kambing. Itulah awal mula disyariatkannya ibadah kurban bagi umat Islam.

Keikhlasan

Teladan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS itu mengajarkan kepada kita tentang makna ikhlas. Kedua utusan Allah SWT itu menunjukkan bahwa segalanya adalah milik-Nya. Semua itu adalah amanah, yang kepada-Nya jua akan kembali.

Islam mengajarkan umatnya agar berjiwa rela berkurban apa saja demi bertakwa kepada Allah Ta’ala. Maka, ibadah yang berlangsung kala Idul Adha ini hendaknya dipahami sebagai ajang melatih keikhlasan diri. Tentunya, kualitas demikian tak cukup dengan simbolisme belaka, semisal menyembelih hewan kurban, apalagi dengan kehendak riya di hadapan manusia.

Kata ikhlas berakar dari khalasha yang berarti ‘jernih’, ‘bersih’, atau ‘murni.’ Dalam konteks amal ibadah, seorang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang beramal saleh hanya karena Allah SWT semata. Harapannya ialah meraih ridha-Nya, bukan yang lain.

Solidaritas sosial

Ibadah kurban pun dapat menumbuhkan dan meningkatkan empati. Dengan berempati, seseorang bisa merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah SAW memberikan contoh tentang pentingnya kepekaan demikian. Teladan beliau pun dicontohkan para sahabatnya, semisal Umar bin Khattab. Sewaktu menjadi khalifah, al-Faruq selalu mengutamakan tenggang rasa. “Bagaimana mungkin aku dapat memperhatikan rakyat, bila aku tidak merasakan penderitaannya?” katanya.

Dengan berkurban, seorang Mukmin mengikis ego individualistisnya. Secara nyata, orang-orang miskin pun dapat merasakan kegembiraan dengan menerima daging kurban. Bagi yang memberi maupun penerima sama-sama ringan hati. Tentunya, semua itu dapat menguatkan solidaritas sosial di tengah umat Islam.

Kurban juga melatih diri agar ...

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement