REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum zaman modern, para peziarah memanfaatkan hanya jalur darat dan laut untuk mencapai Makkah. Barulah sesudah ditemukannya pesawat tebang, jalur udara menjadi opsi mereka.
Pada abad pertengahan, misalnya, kaum Muslimin yang hendak berhaji menempuh rute darat. Mereka biasa berkumpul di beberapa kota besar yang ada di negeri-negeri sekitar Jazirah Arab. Adapun alat transportasi utama bagi mereka ialah unta. Pilihan lainnya adalah keledai atau kuda.
KN Chaudhuri dalam tulisannya di The Cambridge Illustrated History of the Islamic World menjelaskan, pada abad pertengahan tempat transit utama karavan jamaah haji dari Afrika Utara ialah Kairo. Adapun mereka yang datang dari kawasan Balkan, Anatolia (Turki), dan Syam akan berhimpun di Damaskus. Rombongan dari arah Transoksania (Asia Tengah), Afghanistan, dan Persia berkumpul terlebih dahulu di Baghdad.
Sebagai ibu kota kekhalifahan, Baghdad memiliki infrastruktur yang relatif lebih bagus. Khalifah ketiga Abbasiyah, al-Mahdi mulai membangun jalan penghubung antara Irak dan Hijaz. Proyek itu diteruskan anak-anaknya dan akhirnya tuntas pada masa Harun al-Rasyid.