Ahad 02 Jun 2024 20:44 WIB

Inilah Tiga Kunci Kebahagiaan Hidup di Dunia

Orang soleh ketika melakukan maksiat maka dia akan segera bertaubat.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Bertaubat. Ilustrasi
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bertaubat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ustadz Abu Fahd Ega menyebutkan, ada tiga kunci kebahagiaan hidup di dunia ini, yakni bersyukur, bersabar, dan beristighfar. Bersyukur dalams etiap nikmat yang diberikan Allah SWT, bersabar dengan segala permasalahan hidup serta cobaan yang datang silih berganti, dan segera memohon ampun ketika melakukan dosa maupun maksiat.

Dalam kajian “Menjadikan Masalah sebagai Sumber Pembelajaran dan Pertumbuhan” bersama Wearing Klamby, ustadz Abu Fahd mengatakan, bahwa manusia sejatinya dalam hidup tidak lepas dari masala. Hidup, kata dia, hanya berpindah dari satu masalah ke masalah yang lain, dan akan terus berputar seperti itu.

Baca Juga

“Jadi kita hidup ini hanya bagaimana kita menyikapi masalah-masalah ini, dan masalah yang kita hadapi di kehidupan kita, ternyata hanya berputar pada 3 hal. Pertama,  kalau diberi nikmat maka bersyukur, kedua, kalau diuji maka sabar, yang ketiga, kalau berbuat dosa maka segera istighfar,” ujar Ustadz Abu Fahd di kawasan Menteng Jakarta Pusat, Ahad (2/6/2024). 

Lalu apa saja nikmat yang telah Allah berikan itu? Menurut Ustadz Abu Fahd, jika manusia ingin menghitung-hitung nikmat Allah, maka tidak akan pernah cukup karena begitu besarnya nikmat yang telah Allah berikan. Dari bangun tidur masih bisa melakukan sholat subuh, masih bernafas, masih bisa membuka mata, masih bisa menggerakkan tangan dan anggota tubuh yang lain adalah contoh sederhana dari nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya.

“Sudah sholat subuh tadi pagi? Sudah sholat dzuhur? Itu adalah nikmat dari Allah swt karena ada orang di luar sana, muslim-muslimah, sehat dan kaya raya, tapi subuhnya bablas. Ini adalah nikmat agama,” ujar ustadz Abu Fahd.

Ada juga yang disebut sebagai nikmat dunia, seperti mata yang sehat dan bisa melihat, mulut yang bisa berbicara, telinga yang bisa mendengar. Karena ada  beberapa orang yang tidak diberikan nikmat tersebut, mata yang buta, telinga yang tuli, tidak memiliki tangan, tidak memiliki kaki, dan masih banyak lainnya. Menurut ustadz Abu Fahd, ini adalah sederet kenikmatan yang sudah seharusnya kita syukuri. 

“Makanya disebutkan salah satu kunci kebahagiaan adalah mensyukuri apa yang kita miliki. Karena ada orang yang tidak bersyukur (hidupnya) tidak akan bahagia, dikasih gunung emas minta berlian, rakus terus hidupnya,” ujar Ustadz Abu Fahd.

Kedua, sabar ketika menghadapi musibah atau masalah. Misalnya, ada orang yang diuji dalam ekonominya, bisnisnya bangkrut, tidak sukses, ditipu, atau masalah dalam keluarga, seperti suaminya yang tidak memberikan nafkah dengan sempurna, suaminya selingkuh, anaknya durhaka, dan macam-macam cobaan lainnya yang dialami oleh setiap orang.

Menurut ustadz Abu Fahd, sabar di sini bukan berarti diam saja ketika mendapatkan masalah, namun tetap harus ada ikhtiar bagaimana caranya keluar dari masalah tersebut dan dengan cara yang tidak dibenci Allah swt. Karena bisa jadi, lanjut Ustadz Abu Fahd, masalah yang menimpa seorang hamba adalah bentuk penggugur dosanya di dunia.

“Jadi harus kita pahami, musibah kalau dihadapi dengan sabar, menjadi penghapus dosa. Masalahnya dosa kalau tidak dihapus di sini maka nanti tanggung jawabnya di akhirat. Jadi mau dihapus di dunia apa nanti di akhirat?” tanya ustadz Abu Fahd.

Kunci kebahagiaan yang ketiga adalah jika berbuat dosa maka segera beristighfar atau memohon ampun. Menurut ustadz Abu Fahd, Allah menciptakan manusia sepaket dengan hawa nafsunya. Jadi ada kalanya kita sangat getol beribadah dan berbuat kebajikan namun ada kalanya kita berbuat maksiat. 

“Setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan dan banyak, tapi sebaik-baiknya yang melakukan kesalahan adalah yang mau bertaubat. Dan inilah yang membedakan antara orang yang soleh dan bukan,” ujar ustadz Abu Fahd.

Orang soleh ketika melakukan maksiat maka dia akan segera bertaubat. Sedangkan orang yang tidak saleh maka akan terus bermaksiat dan terus tercebur dalam maskat lain dan tidak mau bertaubat. 

“Dengan adanya orang-orang yang bertaubat, di sanalah Allah SWT telah memberikan cintanya. ‘Allah mencintai orang yang bertaubat dan orang yang bersuci’ (Al Baqarah ayat 222),” terangnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement