Ahad 02 Jun 2024 22:21 WIB

Memahami Alquran Sepenuh Hati

Salah satu penunjang untuk bisa mendapatkan ilmu adalah dengan membaca.

Jamaah membaca Alquran di Masjid Nabawi, Kamis (23/5/2024).
Foto: Republika/Karta Raharja Ucu
Jamaah membaca Alquran di Masjid Nabawi, Kamis (23/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN – Dalam ajaran agama Islam, menuntut ilmu termasuk kewajiban untuk seluruh umat muslim. Salah satu penunjang untuk bisa mendapatkan ilmu adalah dengan membaca. Fungsi bagi seseorang yang membaca akan mendapatkan ilmu yang mungkin belum didapat sebelumnya. Terdapat tafsir ayat yang menjelaskan pentingnya membaca dengan tekun dan memahaminya sepenuh hati.

Sebagaimana yang tertulis di Alquran dalam surat Al Baqarah ayat 121, Allah SWT berfirman,

Baca Juga

اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَهٗ حَقَّ تِلَاوَتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ

Arab Latin : Allażīna ātaināhumul-kitāba yatlūnahū ḥaqqa tilāwatih(ī), ulā'ika yu'minūna bih(ī), wa may yakfur bihī fa ulā'ika humul-khāsirūn(a).

Artinya : “Orang-orang yang telah Kami beri kitab suci, mereka membacanya sebagaimana mestinya, itulah orang-orang yang beriman padanya. Siapa yang ingkar padanya, merekalah orang-orang yang rugi.”

Menurut tafsir tahlili Kemenag, dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa di antara Ahli Kitab ada orang Yahudi yang mengikuti Taurat, orang Nasrani mengikuti Injil. Mereka benar-benar membaca kitab yang diturunkan kepada mereka dengan bacaan yang benar tidak diikuti oleh keinginan dan hawa nafsu mereka.

Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya dengan memahaminya sepenuh hati, tidak mentakwilkan atau menafsirkannya menurut keinginan sendiri, tidak menambah, mengurangi atau mengubahnya.

Menurut Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas, membaca dengan bacaan yang sebenarnya ialah menghalalkan yang dihalalkan, mengharamkan yang diharamkannya, membacanya seperti yang diturunkan Allah SWT, tidak mengubah-ubah atau memalingkan perkataan dari tempat yang semestinya dan tidak menakwilkan sesuatu dari kitab itu dengan takwil yang bukan semestinya.

Semua kitab (wahyu) Allah SWT yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya merupakan pelajaran bagi mereka yang bertujuan untuk mengarahkan dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Karena itu, para hamba Allah SWT wajib membaca dengan sebenar-benarnya, berulang-ulang, dan berusaha memahami petunjuk Allah yang terdapat di dalamnya.

Ketika seseorang membaca Alquran dengan tidak memperhatikan maksud dan maknanya, menafsirkannya dengan sekehendak hati adalah sama dengan membaca Kitab oleh Yahudi dan Nasrani. Membaca kitab-kitab Allah SWT dengan bacaan yang sebenarnya wajib dilakukan oleh manusia.

Membaca Kitab tidak dengan bacaan yang sebenarnya tidak mengamalkan apa yang dibaca, itu berarti memperolok-olokkan kitab-kitab Allah SWT dan menantang Allah SWT.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement