REPUBLIKA.CO.ID,
NEW DELHI – Setidaknya 33 orang, termasuk para petugas pemilu yang sedang bertugas, meninggal dunia akibat heatstroke di negara bagian Bihar, Uttar Pradesh dan Odisha di India pada Jumat. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah karena gelombang panas diperkirakan terus berlanjut hingga Sabtu.
Empat belas orang meninggal di Bihar pada Kamis, termasuk 10 diantaranya merupakan petugas pemilu yang saat ini sedang berlangsung. Banyak petugas pemilu yang biasanya diharuskan untuk bertugas sepanjang hari, seringkali di luar ruangan.
Di negara bagian Uttar Pradesh yang merupakan negara bagian terpadat di India, setidaknya sembilan petugas pemilu, termasuk petugas keamanan, meninggal dunia pada Jumat.
“Mereka mengalami demam tinggi saat dibawa masuk. Bisa jadi karena heatstroke juga. Kami sedang merawat setidaknya 23 orang yang dibawa dari tugas pemilu,” kata dokter RB Kamal seperti dilansir Reuters, Sabtu (1/6/2024).
Sepuluh kematian lainnya dilaporkan terjadi di rumah sakit pemerintah di wilayah Rourkela, Odisha pada Kamis. Karenanya pemerintah Odisha mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas di luar ruangan antara pukul 11.00 hingga 15.00 waktu setempat saat suhu mencapai puncaknya.
Heat stroke atau sengatan panas merupakan suatu kondisi yang terjadi ketika seseorang mengalami peningkatan suhu tubuh secara drastis hingga 40 derajat Celcius atau lebih. Siapapun bisa terserang heat stroke walaupun kondisinya sedang sehat.
Gelombang panas di India juga menyebabkan burung-burung dan monyet liar di New Delhi mengalami collapse atau jatuh sakit. Kebun binatang kota ini pada akhirnya harus mengandalkan kolam-kolam air dan alat penyiram air untuk menyejukkan 1.200 hewan di sana.
Delhi, dengan suhu 45,4 derajat Celcius pada Jumat sore, mencatat kematian pertama akibat panas minggu ini dan sedang menghadapi kekurangan air yang parah.
Miliaran orang di seluruh Asia telah bergulat dengan suhu yang melonjak - sebuah tren yang menurut para ilmuwan diperburuk oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.