FIFARM--Pertanian dan peternakan merupakan dua sektor vital bagi kehidupan manusia sejak ribuan tahun lalu. Tak hanya menjadi sumber makanan pokok, kedua sektor ini juga menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat pada masa itu. Menariknya, kitab suci Alquran yang diturunkan pada abad ke-7 Masehi telah mencantumkan banyak informasi terkait pertanian dan peternakan yang masih relevan hingga saat ini.
Alquran mengakui pentingnya pertanian sebagai sumber kehidupan bagi manusia. Dalam berbagai ayat, disebutkan bagaimana Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Surah An-Nahl (16:11)
"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan."
Disebutkan dalam ayat ini Allah menumbuhkan berbagai jenis tanaman seperti zaitun, kurma, anggur dan buah-buahan lainnya yang tumbuh karena air hujan.
Hujan disebut sebagai rahmat dan berkah dari Allah yang memungkinkan tanah untuk menumbuhkan tanaman dan menyediakan makanan bagi manusia dan hewan.
Surah Al-Baqarah (2:22)
"Dia yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu."
Hujan adalah komponen kunci dalam pertanian yang disebutkan berulang kali dalam Alquran sebagai tanda kekuasaan dan rahmat Allah.
Penyebutan Tanaman dan Hewan Ternak dalam Alquran
Dalam Alquran, disebutkan berbagai jenis tanaman seperti anggur, zaitun, kurma, dan buah-buahan lainnya yang tumbuh subur di kebun-kebun. Kata "زرع" (zar'un) yang berarti "tanaman" bahkan disebut sebanyak 8 kali. Sementara itu, kata "نخل" (nakhlun) yang merujuk pada "pohon kurma" disebutkan hingga 20 kali, menunjukkan betapa pentingnya pohon kurma bagi masyarakat Arab pada masa itu.
Tak hanya tanaman, Alquran juga menyinggung berbagai jenis hewan ternak seperti kambing, sapi, kuda, keledai, dan unta yang berperan besar dalam kehidupan sehari-hari. Kata "غنم" (ghanamun) yang berarti "kambing" disebutkan 8 kali, sementara kata "بقر" (baqarun) yang berarti "sapi" disebutkan 9 kali, bahkan terdapat satu surat khusus yang bernama al-Baqarah yang artinya "sapi betina".
Selain itu, Alquran juga memberikan penjelasan yang akurat secara ilmiah tentang lebah dan proses pembuatan madu. Dalam Surat al-Nahl ayat 68-69, Allah menjelaskan dengan detail bagaimana lebah membuat madu, sebuah pengetahuan yang baru ditemukan oleh manusia pada abad modern.
Prinsip Kelestarian Alam
Alquran mengajarkan prinsip-prinsip kelestarian dan keseimbangan alam. Manusia diperintahkan untuk tidak merusak alam dan memelihara keseimbangan ekosistem.
Surah Al-A'raf (7:31)
"Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan."
Ayat ini mengajarkan tentang pentingnya keseimbangan dan penghindaran dari tindakan yang berlebihan yang dapat merusak lingkungan.
Manusia diberikan amanah untuk menjadi khalifah di bumi, yang berarti bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam termasuk dalam hal pertanian dan peternakan.
Surah Al-Baqarah (2:30)
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'"
Sebagai khalifah, manusia harus memastikan bahwa aktivitas pertanian dan peternakan dilakukan dengan cara yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan.
Alquran memberikan panduan yang komprehensif tentang bagaimana manusia seharusnya berinteraksi dengan alam melalui pertanian dan peternakan. Dengan memahami dan menerapkan ajaran-ajaran ini, manusia dapat mencapai kesejahteraan hidup sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Penghormatan terhadap prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Alquran dapat membantu membangun sistem pertanian dan peternakan yang berkelanjutan dan harmonis dengan alam.