REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kala itu pada 1918 di Batavia, pemuda asal Minahasa bernama Yansen hendak mewujudkan mimpinya menjadi dokter. Dia menuntut studi di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera.
Di STOVIA, Yansen berjumpa dengan Hilman pemuda Sunda, Sudiro pemuda Jawa, dan Arsan pemuda Minang, lantas menjalin ikatan persahabatan dengan mereka. Masa lalu masing-masing tokoh tersebut turut membayangi selama mereka belajar di STOVIA, yang merupakan sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda.
Kisah Yansen, Hilman, Sudiro, dan Arsan hadir dalam novel Romansa STOVIA. Novel karya penulis Sania Rasyid itu menceritakan perjalanan mereka menempuh pendidikan, juga momen-momen di mana mereka harus memilih antara cinta, sahabat, keluarga, dan cita-cita menjadi dokter suatu hari nanti.
Buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) tersebut merupakan karya fiksi berlatar Hindia Belanda di awal abad ke-20. Sang penulis, Sania Rasyid, mengatakan dia sejak lama sudah memiliki ide untuk menulis tentang sekolah kedokteran. Proses penggarapan novel dia mulai sejak 3,5 tahun lalu.