Senin 03 Jun 2024 13:34 WIB

Indeks Harga Konsumen Mei 2024 Alami Deflasi Sebesar 0,03 Persen

Makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang deflasi terbesar.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Friska Yolandha
Warga membeli makanan beku di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (11/3/2024).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga membeli makanan beku di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (11/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi pada Mei 2024 (month to month/mtm). PLT Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bulan ini terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan (mtm), atau terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024.

Amalia meneruskan, secara tahunan (year on year/yoy), terjadi inflasi sebesar 2,84 persen. Kemudian secara tahun kalender (year to date/ytd), terjadi inflasi sebesar 1,16 persen. Kembali ke informasi mengenai deflasi secara bulanan yang terjadi pada Mei 2024 ini.

Baca Juga

"Ini deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi pada Agustus 2023," kata Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti di Kantor BPS, di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Amalia menjelaskan, kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan (mtm) terbesar, yakni makanan, minuman, tembakau, dengan deflasi sebesar 0,29 persen, dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen. Komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras, dengan andil deflasi sebesar 0,15 persen, daging ayam ras dan ikan segar, dengan andil deflasi, masing-masing sebesar 0,03 persen, serta tomat dan cabe rawit, dengan andil deflasi masing-masing 0,02 persen.

Amalia melanjutkan, komoditas lainnya yang juga memberikan andil deflasi adalah tarif angkutan antar kota, sebesar 0,02 persen. Lalu tarif angkutan udara, sebesar 0,02 persen. Serta tarif kereta api dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen.

Amalia menjelaskan, terdapat juga beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi. Ada emas perhiasan, bawang merah, cabe merah, dengan andil inflasi, masing-masing sebesar 0,05 persen. Berikutnya, sebaran inflasi bulanan berdasarkan sebaran wilayah.

"Sebanyak 24 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sedangkan 14 lainnya, mengalami deflasi," kata Plt Kepala BPS.

Amalia merincikan, inflasi tertinggi sebesar 2,00 persen terjadi di Papua Selatan. Sementara deflasi terdalam terjadi Banten, yakni sebesar 0,52 persen. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement