Rabu 05 Jun 2024 06:55 WIB

Mampukah Hizbullah Kalahkan Israel Lewat Perang Terbuka?

Kemampuan tempur Hizbullah berkembang pesat belakangan.

Pejuang kelompok militan Lebanon Hizbullah melakukan latihan di desa Aaramta di Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Ahad, 21 Mei 2023.
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Pejuang kelompok militan Lebanon Hizbullah melakukan latihan di desa Aaramta di Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Ahad, 21 Mei 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Saling serang antara kelompok Hizbullah di Lebanon dengan pasukan penjajahan Israel kian menjadi-jadi, membuka kemungkinan terjadinya perang terbuka. Mampukah kelompok Hizbullah meladeni Israel dalam perang terbuka yang saat diklaim sudah matang persiapannya oleh pihak Israel?

Pada Juli 2006, Hizbullah menangkap dua pejuang Israel di perbatasannya yang memicu respons militer besar-besaran dari Israel. Perang tersebut berlangsung selama 34 hari dan mengakibatkan kematian lebih dari 1.100 warga Lebanon dan 165 warga Israel.

Baca Juga

Aljazirah melaporkan, tak ada yang secara meyakinkan memenangkan perang, namun warga sipil Lebanon jelas-jelas jadi korbannya. Israel menghancurkan atau merusak sekitar 30.000 rumah, 109 jembatan dan 78 fasilitas medis, menurut Komite Palang Merah Internasional.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah kembali melakukan serangan sporadis ke wilayah utara Israel untuk menekan Israel agar mundur dari Jalur Gaza.  Sejak serangan Israel ke Rafah yang ditentang banyak negara, Hizbullah menggencarkan serangannya. Pada Mei terjadi jumlah serangan Hizbullah tertinggi, yaitu 325, menurut Pusat Penelitian dan Pendidikan Alma. Setiap hari, rerata terjadi 10 serangan. Angka ini melonjak dibandingkan 238 serangan pada April, dengan rata-rata harian 7,8 serangan.

Sementara pesawat tempur Israel menyerang anggota Hizbullah di Naqoura, serta dua lokasi lainnya di Lebanon selatan. Artileri Israel menyerang lima lokasi di selatan, kata militer Israel. Serangan Israel telah menewaskan sekitar 300 anggota Hizbullah sejak 7 Oktober dan sekitar 80 warga sipil, menurut penghitungan Reuters mengenai jumlah kematian yang diumumkan oleh kelompok tersebut serta sumber medis dan keamanan. Serangan dari Lebanon terhadap Israel telah menewaskan 18 tentara Israel dan 10 warga sipil, kata militer Israel.

Pada Senin, Hizbullah mengatakan pihaknya meluncurkan satu skuadron drone terhadap sasaran Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan Israel terhadap seorang anggota Hizbullah. Meskipun Hizbullah telah menggunakan drone dalam konflik tersebut, ini adalah pertama kalinya Hizbullah mengumumkan peluncuran satu skuadron drone.

Nicholas Blanford, pakar Hizbullah di Atlantic Council, sebuah wadah pemikir di Washington, DC, mengatakan kelompok itu memiliki 3.000 hingga 5.000 pesawat tempur dan rudal jarak pendek untuk menyerang Israel. Namun selama 17 tahun terakhir, Hizbullah telah meningkatkan kemampuan militernya secara signifikan.

“Saya pikir Hizbullah saat ini memiliki kemampuan untuk menimbulkan kerusakan terbesar pada Israel [sejak negara Yahudi didirikan] pada tahun 1948,” kata Blanford kepada Aljazirah.

Blanford memperkirakan Hizbullah memiliki setidaknya 60.000 pejuang, termasuk pejuang penuh waktu dan cadangan. Kelompok ini juga meningkatkan persediaan rudalnya dari 14.000 pada tahun 2006 menjadi sekitar 150.000 sekarang, katanya.

Sebagian besar merupakan rudal jarak pendek, Hizbullah juga memiliki rudal berpemandu presisi buatan Iran yang memiliki jangkauan 300 km. Blanford menambahkan bahwa unit “pasukan khusus” Hizbullah dilatih untuk menyusup ke Israel jika terjadi perang. "Tidak mengherankan para pejabat Israel selama beberapa tahun terakhir menganggap Hizbullah sebagai ancaman utama mereka,” katanya.

photo
Pejuang kelompok militan Lebanon Hizbullah melakukan latihan di desa Aaramta di Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Ahad, 21 Mei 2023. - (AP Photo/Hassan Ammar)

Komandan unit amunisi anti-lapis baja Hizbullah belakangan juga mengungkap senjata NLOS baru yang dikembangkan oleh perlawanan dalam menghadapi penjajah Israel.  Rudal anti-lapis baja adalah salah satu dari banyak spesialisasi perlawanan Islam di Lebanon, dan status quo medan perang dalam konfrontasi terbatas saat ini telah membuat senjata ini memimpin pada tahap ini.

Komandan unit anti-lapis baja Hizbullah mengatakan kepada Almayadeen dalam sebuah wawancara eksklusif bahwa perlawanan Islam di Lebanon adalah kelompok besar dengan banyak divisi, dan setiap divisi memiliki sistem tempurnya sendiri. Almayadeen juga melansir bahwa Hizbullah memiliki tiga jenis rudal. Yang pertama adalah rudal termobarik dengan jangkauan 8 km dan 10 km, yang kedua adalah sistem Tsarallah, dan yang ketiga adalah sistem presisi khusus terpandu.

Sistem ketiga yang dimaksud dibuat setelah pejuang Hizbullah berhasil mendapatkan Spike MR yang ditinggalkan oleh tentara Israel yang melarikan diri pada Perang Juli 2006. Sistem rudal itu kemudian dikirim ke Iran untuk ditelaah dan dijiplak teknologinya. Spike adalah salah satu senjata anti-lapis baja tercanggih di dunia. Ia dilengkapi dengan kamera yang memungkinkan siapapun yang mengendalikannya untuk mencari target secara manual, dan target tidak harus berada dalam jarak pandangnya untuk terkena serangan.

 

 

Ancaman pemadaman total di Israel... baca di halaman selanjutnya

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement