REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taman Impian Jaya Ancol merupakan kawasan wisata yang tidak pernah sepi pengunjung. Bukan hanya menawarkan wahana hiburan yang terbilang lengkap, kawasan ini juga menyimpan banyak kenangan di hati masyarakat, layaknya sebuah kapsul waktu.
Jika kembali ke era tahun 1950-an, mungkin kita tidak pernah menyangka bahwa kawasan Ancol bisa berubah menjadi tempat wisata yang selalu menarik untuk dikunjungi. Maklum saja, saat itu kawasan Ancol merupakan daerah semak belukar yang dihuni oleh koloni monyet.
Belum lagi mitos tentang Si Manis dari Jembatan Ancol, hantu perempuan yang diceritakan sering menggoda orang yang lewat di sekitar kawasan Ancol. Ditambah adanya komplek pemakaman Belanda, yang membuat siapapun tak betah berlama-lama di kawasan itu.
Gagasan pembangunan Ancol sebagai kawasan wisata pertama kali dicetuskan oleh Presiden Sukarno pada 1965. Melalui Surat Keputusan Presiden, Bung Karno memerintahkan dr. Soemarno yang kala itu menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta untuk memulai pembangunan tempat wisata di pesisir Jakarta Utara.
Namun, proyek pembangunan tersebut baru terlaksana saat Ali Sadikin menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Sejak awal berdirinya pada tahun 1966, Ancol Taman Impian sudah ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sejak dibuka, Ancol Taman Impian langsung merebut hati masyarakat Jakarta dan sekitarnya, khususnya generasi muda saat itu. Banyak hal berubah seiring perjalanan waktu di Ancol, yang kini menjadi nostalgia bagi generasi 1970-80an.
Seperti ungkapan 'Setan Ancol'. Kata itu bukan ditujukan untuk 'makhluk halus' yang ada di kawasan Ancol, namun kata itu erat hubungannya pada sebuah arena balap yang pernah ada di Ancol.
Bagi generasi 1970-80an, tentu ingat betul dengan Sirkuit Ancol. Kala itu, Sirkuit Ancol merupakan satu-satunya lintasan balap yang ada di Indonesia. Penggemar dunia balap di masa itu pun berlomba-lomba untuk bisa menjadi yang terbaik di lintasan balap tersebut, dan siapapun yang mampu menaklukan sirkuit tersebut mendapat julukan 'Setan Ancol'.
Selain Sirkuit Ancol, wahana lain yang banyak menyimpan nostalgia di Ancol pada zaman dulu adalah cinema drive in. Di era tahun 70-an, Ancol mempunyai sebuah bioskop terbuka, dimana masyarakat bisa menyaksikan film-film dari dalam mobil.
Tak hanya itu, Ancol juga menyimpan salah satu obsesi dari Presiden ke-1 RI, Ir Sukarno. Obsesi Proklamator RI itu hingga saat ini masih bisa kita lihat dan nikmati, yakni Gelanggang Samudra yang kini bernama Ocean Dream Samudra.
Dalam buku "Jejak Soekardjo Hardjosoewirjo di Taman Impian Jaya Ancol", Soekardjo yang merupakan salah seorang yang berperan penting dalam pembangunan kawasan wisata itu sejak awal mengungkapkan wahana Gelanggang Samudra merupakan obsesi dari Bung Karno.
Ia mengatakan, mungkin Bung Karno terinspirasi setelah melihat oseanarium Sea Life Park di Hawaii, Amerika Serikat. Kala itu, mungkin Bung Karno berpikir sebagai negara maritim, maka perlu menunjukkan potensi kekayaan hayati laut yang luar biasa kepada rakyat Indonesia melalui Gelanggang Samudra.
Saat ini, Taman Impian Jaya Ancol memang telah banyak berubah. Wahana-wahana hiburan pun telah banyak berganti dengan yang lebih modern seperti Gondola hingga Ancol Mall.
Atas nama kemajuan zaman, perubahan memang tidak bisa ditolak. Apa yang kini kita nikmati di Taman Impian Jaya Ancol pun mungkin akan hilang dan berganti di masa mendatang.
Tetapi kenangan indah akan tetap ada di hati setiap orang yang berwisata ke Ancol. Kenangan indah bersama sang kekasih di pinggir pantai, menikmati liburan bahagia bersama keluarga tercinta, berbagi tawa bersama teman-teman, dan lainnya. Seperti kapsul waktu, nostalgia itu akan tersimpan di Taman Impian Jaya Ancol.