Jumat 03 Jun 2016 14:46 WIB

Pidato Bung Karno Bikin Amerika 'Mati Kutu'

Sukarno
Foto: Gahetna.nl
Sukarno

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Dengan memegang Alquran dan mengucapkan kalimat syahadat, mantan presiden Irak Saddam Hussein maju ke tiang gantungan. Lepas dari kesalahan Saddam yang dituduh bertindak kejam terhadap lawan-lawan politiknya saat masih berkuasa, eksekusi itu mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan di dunia.

Mantan PM Malaysia Dr Mahathir Mohammad, misalnya, menilai justru Presiden George Bush dan PM Tony Blair penjahatnya. Keduanya, kata Mahathir yang dikenal vokal terhadap Barat, justru lebih berlepotan darah orang Irak karena ulah mereka lebih kejam dibanding Saddam.

Sejak AS dan sekutunya menyerbu Irak, tidak kurang 650 ribu warga Irak mati terbunuh. Jumlah korban invasi militer itu masih ditambah 3.000 warga AS yang tewas terbunuh di Irak dan belasan ribu lagi menjadi invalid seumur hidup. Seharusnya, kata Mahathir, Bush yang mesti diadili untuk mempertanggungjawabkan kejahatan perangnya.

Presiden Sukarno dalam pidato 17 Agustus 1965 berjudul "Tahun Berdikari" mengkritik AS, karena dengan bom-bom napalm yang sangat dasyat ketika itu membombardir kota-kota dan desa-desa di Vietnam. ”Kaum imperialis,” kata Bung Karno, ”paling suka menyebut dirinya beradab. Mereka juga paling suka menganggap kita-kita biadab. Sehingga mereka harus datang dengan pasukan-pasukannya, armada-armadanya, dengan pangkalan-pangkalan perangnya untuk mengajarkan peradaban."

"Mereka yang datang dari jarak 20 ribu km, mereka itu menganggap sebagai pembela perdamaian. Sedangkan rakyat Vietnam yang tinggal di negerinya sendiri dianggap agresor. Salah satu harus gila. Apakah rakyat Vietnam atau AS. Kedua-duanya gila tak mungkin. Saudara-saudara bisa menyimpulkan sendiri mana yang gila dan mana yang waras.”

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement