REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Jakarta memang sejak lama ditakdirkan untuk selalu menghadapi musibah banjir. Bahkan, pada masa Kerajaan Hindu Tarumanegara, Raja Purnawarman melakukan penggalian Sungai Chandrabagha dari Bekasi hingga Tangerang. Maksudnya untuk menjinakkan banjir. Pada masa Islam (Jayakarta), proyek penanggulangan banjir ini terus dipelihara.
Pada masa kolonial Belanda, upaya di atas dilakukan lebih serius lagi. Sejak membangun Batavia (1619), VOC atau kompeni banyak membangun kanal atau grachten dalam bahasa Belanda. Tidak tanggung-tanggung, aliran Sungai Ciliwung dan 12 sungai lainnya yang ada di Jakarta disodet dan dipotong-potong menjadi kanal-kanal untuk mengurangi debit air.
Selain mencegah banjir, keberadaan kanal-kanal ini juga untuk memperlancar arus niaga dan perdagangan yang kala itu lebih banyak bergantung pada sungai. Di tepi-tepi kanal itu, warga Belanda membangun rumah-rumah yang dikelilingi pohon-pohon rindang.