REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Pada awal abad ke-20 sudah berdiri perguruan Islam modern di Jakarta. Para murid tidak lagi duduk di tikar, tapi di kelas. Dimulai dengan berdirinya Jamiatul Kheir (1901) di Pekojan, kemudian Tanah Abang. Disusul Al-Irsyad, dan kemudian Unwanul Falah di Kwitang.
Laksana jamur di musim hujan, kemudian berdiri perguruan Al-Marzukiyah di Rawabangke (kini Rawabunga Jatinegara), Al-Mansyuriah (Jembatan Lima, Jakarta Barat), Al-Islamiyah (Bali Matraman).
Boleh dikata pada masa itu madrasah dan perguruan Islam terdapat hampir di tiap kampung. Sementara, dengan bergairah para pemuda Betawi menuntut pendidikan di berbagai negara di Timur Tengah.
Seperti KH Abdul Madjid (1887) belajar agama pada Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki di Masjidil Haram. Ia kemudian menjadi salah satu pimpinan Masyumi di Jakarta.
Murid-muridnya tersebar di berbagai tempat. Seperti KH Tabrani (Paseban), KH Abdul Rajak Ma'mun (Tegal Parang-Buncit), dan KH Nahrawi (Kuningan).