REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shabab
Sepak bola telah dikenal lama di Indonesia. Bahkan, Letnan Gubernur Raffles dalam buku History of Java pada pertengahan abad ke-19 menyebutkan adanya permainan semacam ini di Jawa. Di akhir-akhir masa kolonial dan awal 1950-an, di kampung berdiri kesebelasan yang mengadu kekuatan antarkampung.
Tidak heran pada 1950-an, PSSI pernah merupakan kesebelasan yang tangguh dan disegani di Asia. Kala itu, Bahrain, Qatar, dan Arab Saudi belum dikenal. Demikian juga dengan Jepang yang kini menjadi macan Asia.
Lalu, bagaimana dengan kesebelasan-kesebelasan di Afrika? Kala itu mereka belum merdeka dan masih hidup dalam suasana penjajahan. Termasuk Malaysia dan Singapura.
Thailand belum merupakan kesebelasan tangguh seperti sekarang. Sampai 1960-an, PSSI sering kali mengadakan lawatan dan sekaligus mendatangkan kesebelasan dari Eropa. Lebih banyak dari Eropa Timur karena politik anti-Nekolim Bung Karno.
Saat itu, banyak terdapat pemain keturunan Tionghoa di PSSI. Yang terkenal Liong Houw dari kesebelasan Chunghua, bersama rekannya Wim Pie. Kesebelasan UMS menampilkan pemain-pemain keturunan, seperti Kiat Sek, Christ Ong, dan Tek Eng.
Di Surabaya, keturunan Tionghoa yang ikut membela nama Indonesia di PSSI adalah San Liong, Tek Eng, dan Sian Liong (Yanuar Pribadi). Mereka tergabung dalam kesebelasan Tiong Hwa yang kemudian berganti nama Surya menjadi Suya Naga.
Masih banyak lagi pemain keturunan yang mengharumkan nama PSSI. Mereka tidak lagi bermain sepak bola sejak seringnya terjadi kerusuhan, suatu yang mereka takutkan.
Bukan hanya bidang sepak bola. Di bulu tangkis ada Rudi Hartono, pemain legendaris yang telah menjuarai All-England tujuh kali berturut-turut. Demikian pula, dengan Liem Swi King, Susie Susanti, Arianto Arbi, Cun Cun, Christian Hadinata, dan Ivana Lie. Tidak hanya dengan RR Cina, tetapi juga dengan Korea Selatan, Denmark, Malaysia, tim bulu tangkis takluk di tangan mereka. Wajah bulu tangkis Indonesia masih terselamatkan oleh kiprah pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang menyabet medali emas di Olimpiade 2016.