REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab
Jembatan Pasar Baru, Jakarta Pusat, diabadikan pada 1880. Di samping kanannya tampak gedung kesenian yang dibangun pada masa pemerintahan Inggris (1811-1816). Di masa kolonial bernama Shouburg, jalan raya di sebelah kiri Pasar Baru dulu bernama Schoolweg atau Jalan Sekolah. Karena pada awal abad ke-20 pemerintah Hindia Belanda mendirikan beberapa sekolah, di antaranya Europese Lager School yang khusus untuk orang-orang Belanda.
Tampak jalan-jalan masih diterangi oleh lampu gas. Lampu gas mulai muncul di Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) pada 1863. Pertama kali menerangi Istana Risjwijk (kini Istana Negara) pada Oktober 1863, satu tahun setelah berdirinya Perusahaan Gas Hindia Belanda di Gang Ketapang (kini Jl KH Zainul Arifin) di sebelah kiri Jl Gajah Mada dari arah Harmoni. Kini menjadi Perum Gas Negara. Gas menggantikan minyak tanah dan lilin untuk penerangan di rumah-rumah, kantor, pusat perdagangan, dan perhotelan.
Saat itu, sekitar Pasar Baru dan Lapangan Banteng masih sangat asri, dengan pohon-pohon asem di kiri kanan jalan. Sementara kendaraan bermotor belum tampak. Juga tidak terdapat para pedagang kaki lima yang kini mendominasi trotoar di sekitar Pasar Baru hingga Lapangan Banteng dan Jl Gunung Sahari.
Gedung Kesenian di Pasar Baru semula hanya terbuat dari bambu beratapkan rumbia. Tentara Inggris membangunnya khusus untuk tempat pementasan perkumpulan drama mereka ketika bercokol di Jawa (1811-1816).